Tersebutlah
pada zaman dahulu ada seorang raja bernama
Prabu Tapa yang Agung ,adil dan bijaksana. Ia mempunyai tujuh orang putri ialah Purbararang,
Purbadewata, Purbaendah, Purbakancana, Purbamanik, Purbaleuih, dan Purbasari.
Ketujuh putri itu semuanya cantik, Purbasari paling cantik dan paling manis
budinya.
Putri sulung
Purbararang sudah bertunangan dengan Raden Indrajaya, putra seorang mentri
kerajaan. Kepada Purbararang dan Indrajayalah seharusnya Prabu Tapa Agung dapat
mempercayakan kerajaan. Akan tetapi Sang Prabu merasa sebagai putri sulung, perangai
Purbararang tidak sesuai dengan yang diharapkan dari seorang pemimpin kerajaan.
Purbararang mempunyai sifat angkuh dan kejam, sedangkan Indrajaya adalah
seorang pesolek.
Menghadapi
masalah yang belum ada jalan keluarnya, Prabu Tapa Agung dan permaisurinya
sering bermuram durja. Sunan Ambu yang bersemayam di kahyangan atau Buana Pada
mengetahui kesedihan itu. Pada suatu malam, ketika Prabu Tapa Agung tidur,
beliau bermimpi Sunan Ambu mengatakan bahwa sudah saatnya raja beristirahat untuk
menjadi pertapa dan menyerahkan kerajaan kepada Putri Purbasari.
Akhirnya raja
menyerahkan kerajaan kepada Purbasari. Purbararang dan Indrajaya. pura-pura
setuju, walaupun didalam hati mereka marah dan mulai mencari akal bagaimana
merebut tahta dari Purbasari. Sehari setelah ayah bunda mereka tidak berada di
istana, Purbararang dengan bantuan Indrajaya menyemburkan boreh, yaitu zat
berwara hitam yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan, ke wajah dan badan Purbasari,akibatnya
Purbasari menjadi hitam kelam dan ia diusir dari istana olegh Purbararang. Uwak
Batara Lengser disuruh membawa Purbasari ke hutan, setiba di hutan, ia membuatkan
gubuk yang kuat bagi putri bungsu.
Sementara itu
di Buana Pada, berhari-hari Sunan Ambu gelisah karena putranya Guruminda tidak
muncul. Ternyata Guruminda berada ditaman Kahyangan dan tampak bermuram durja. Sunan Ambu meminta
kepada pelayan kahyangan agar Guruminda dipanggil. Setelah ditanya ternyata Guruminda
hanya ingin diperkenalkan dengan wanita yang secantik Ibundanya. Gadis yang
serupa dengan Ibunda berada di Buana Panca Tengah. Oleh karena itu Guruminda
diminta pergi ke Buana Panca Tengah dengan cara menyamar sebagai seekor kera
atau lutung dan memakai nama Lutung Kasarung.
Guruminda
sadar bahwa menjadi lutung adalah sudah nasibnya dan ia mengundurkan diri dari
hadapan ibundanya. Ketika melihat sebuah hutan, ia segera melompat ke bumi,
mengembara di dalam hutan belantara, mencari gadis yang sama cantiknya dengan
ibunda Sunan Ambu.
Aki Panyumpit
diminta oleh raja mencari binatang di hutan untuk dijadikan kurban, tetapi belum
juga memperoleh hewan. Lutung Kasarung menawarkan diri untuk dijadikan kurban
di istana. Mereka pun keluar dari hutan menuju kerajaan Pasir Batang. Saat itu
segala perlengkapaan upacara sudah disiapkan. Seorang pendeta sudah mulai
menyalakan kemenyan dan berdoa. Seorang prajurit dengan pisau yang sangat tajam
memegang kepala Lutung Kasarung, tetapi, tiba-tiba Lutung Kasarung menggeliat. Lutung
Kasarung sangat lincah dan tangkas. Ia melompat kesana kemari, di tengah-tengah
hadirin yang berlari menyelamatkan diri. Purbararang memerintahkan membunuh lutung
itu.
Uwak Batara
Lengser mendekati Lutung Kasarung dan berdiri di dekatnya. Ternyata, Lutung
Kasarung tidak memperlihatkan sikap permusuhan kepadanya, maka Lutungpun duduk
seperti seorang anak yang baik. Purbararang menyuruh Uwak Batara Lengser untuk
menempatkan Lutung Bersama Purbasari, Lutung pun menurut ketika dibawa ke hutan
untuk menemui Purbasari yang kulitnya masih hitam kelam dan Lutung ditugaskan
untuk menjaga Purbasari.Uwak Batara Lengser berharap kedatangan Lutung dikirim Kahyangan
untuk kebaikan semua.
Putri Purbasari
benar-benar terhibur dalam kesedihannya karena Lutung Kasarung dan rusa,
bajing, berbagai jenis burung, selalu ada didekatnya. Lutung Kasarung berdoa,
memohon kepada Ibunda Sunan Ambu agar membantunya. Ibunya mendengarnya dan
mengirim pujangga dan pohaci untuk membantunya. Para pujangga yang sakti itu
membantu Lutung Kasarung membuat jamban salaka, tempat mandi dengan pancuran
emas dan lantai serta dinding pualam. Airnya dialirkan dari mata air yang
jernih yang ditampung dulu dalam telaga kecil yang ditaburi bunga-bunga.
Purbasari
sangat terkejut melihat Jamban Salaka dan pakaian indah yang tersedia di sana. Lutung
Kasarung mengatakan kepadanya bahwa semua itu hadiah dari Buana Pada bagi Tuan
Putri. Purbasari memasuki Jamban Salaka, ketika air itu dibilaskan, hanyutlah
boreh dari kulit Purbasari. Kulitnya yang kuning langsat muncul kembali bahkan
lebih cemerlang. Purbasari mengucapkan syukur kepada Kahyangan yang telah mengasihinya. Selesai mandi, ia memakai pakaian yang
dilengkapi perhiasan-perhiasan yang indah buatan para pohaci. Lutung Kasarung terpesona,
dalam hatinya ia berkata, Purbasari, seperti kembaran Ibunda Sunan Ambu.
Akhirnya
Purbararang mendengar bahwa di hutan terdapat taman, istana kecil dan Jamban
Salaka yang sangat indah yang ditinggali seorang gadis cantik dan di jaga
seekor lutung yang besar. Ia pun menjadi marah dan berpikir mencari jalan untuk
mencelakakan Purbasari. Purbasari ditantang Purbararang membuat huma seluas
lima ratus depa dalam satu hari sebelum fajar besok harus selesai. Jika tidak
dapat menyelesaikannya, atau mendahului Purbararang maka Pubasari akan dihukum
pancung. Purbasari pun menangis. mendengar berita menakutkan yang dibawa Uwak
Batara Lengser. Lutung Kasarung menenangkan Purbasari, dan berkata bahwa Kahyangan
tidak akan melupakan orang yang tidak bersalah.
Sementara itu
Purbararang memerintahkan para prajuritnya membuka hutan didekat tempat tinggal
Purbasari untuk membangun huma dan harus selesai keesokan harinya. Lutung
Kasarung meminta Purbasari menyerahkan pekerjaan membuat huma itu kepadanya. Lutung
Kasarung memohon bantuan Ibunda Sunan Ambu untuk membuat huma yang letaknya
tidak jauh dari hutan yang sedang dibuka oleh prajurit-prajurit Pasir Batang.
Keesokan
harinya ketika matahari terbit, Purbararang beserta rombongan berangkat ke
hutan. Ia dan rombongan terkejut sebab disamping huma yang dibuka para prajurit
telah ada pula huma lain yang lebih bagus. Tenyata huma itu milik Purbasari. Purbararang
marah dan segera menantang Purbasari bertanding kecantikan, karena ia menyangka Purbasari masih hitam kelam karena
boreh. Uwak Batara Lengser meminta Purbasari keluar dari istana kecilnya.
Purbasari muncul dan orang-orang memadangnya dengan takjub. Seolah Purbasari seperti
Sunan Ambu yang turun ke Bumi. Purbararang kalah.
Selanjutnya
Purbararang menantang Purbasari bertanding siapa yang rambutnya lebih panjang. Rambut
Purbararang hitam dan lebat terurai hingga kepertengahan betisnya. Ketika Purbasari
melepas sanggulnya, ternyata rambutnya hitam berkilat dan halus bagai sutra
bergelombang hingga ketumitnya. Atas kekalahannya, Purbararang kembali mengajak
bertanding siapa yang pinggangnya lebih ramping. Ternyata dari ikat pinggang
yang dipakai, Purbasari lebih ramping. Purborarang kalah lagi untuk ke tiga
kalinya.
Purbararang tidak
kehilangan akal atas kekalahannnya yang berkali-kali. Ia mengajak kembali
bertanding siapa yang calon suaminya lebih tampan, karena ia yakin akan menang.
Sambil tersenyum Purbararang melihat kearah Purbasari yang berdiri dekat Uwak
Batara Lengser dan Lutung Kasarung, dan berkata dengan sombong bahwa calon
suaminya adalah Indrajaya yang tampan dan gagah. Purbararang bertanya siapa
calon suami Purbasari kalau bukan si lutung. Purbasari terdiam, lalu berkata
bahwa sesungguhnya memang Lutung Kasarung lah yang menjadi calon suaminya.
Purbararang
sangat gembira karena mengira ia telah menang. Tiba-tiba, Lutung Kasarung
berubah, kembali ke asalnya sebagai Guruminda yang gagah dan tampan. Semua
heran dan terpesona. Guruminda membela Purbasari dengan menantang Indrajaya untuk berperang karena tahtanya Purbasari
direbut oleh Purbararang dan Indrajaya. Selanjutnya Indrajaya justru berlutut
dan menyembah Guruminda, mohon ampun dan dikasihani. Sementara itu Purbararang
menangis dan minta maaf kepada Purbasari.
Hari itu menjadi
hari yang sangat menggembirakan karena Ratu Purbasari kembali ke Kerajaan
didampingi oleh suaminya, Guruminda. Purbararang dan Indrajaya akhirnya
mendapat hukuman dan dipekerjakan sebagai tukang sapu di taman istana. Seluruh rakyat
kerajaan merasa tentram dan hidupnya
sejahtera kembali sehingga selalu bahagia seperti di jaman pemerintahan Prabu
Tapa Agung. Hal ini karena Purbasari memerintah dengan cakap dan sangat
bijaksana.
0 comments:
Post a Comment