CINTA DAN BENCI
Batas cinta dan benci konon setipis kulit bawang. Kepada orang yang (pernah) kita cinta setengah mati, suatu saat kita bisa benci ¾ mati. (Bunga 25%, jauh di atas BI rate). Iya, sumbernya memang sama: HATI
Ketika kini aku membencimu, itu karena aku mencintaimu sampai pada titik di mana hatiku hancur menyerpih karenanya.
Sampai di sini, defenisi, bahwa mencintai berarti menginginkan kebahagiaan untuknya, walau tak harus bersamanya atau memilikinya, menjadi basa-basi yang beneran basi. Atau kita memang tak pernah mencintai siapapun, kecuali diri kita sendiri?
Maka ketika diri kita-satu-satunya yang kita cintai itu-tersakiti, pelakunya harus merasakan sakit yang sama, plus bonusnya tentu saja, sekalipun ia adalah seseorang yang,(once upon a time), kita sebut sebagai yang tercinta.
Yang lebih kacaunya, seringkali tak ada siapapun yang menyakiti kita sebenarnya, kecuali diri kita sendiri. Tapi kita harus menemukan seorang terdakwa untuk penderitaan itu, dan orang itu adalah dia.!!
Ketakutan akan penolakan dan pengkhianatan, telah menjadi teror yang menyeramkan dalam kehidupan, yang mewarnai kisah nyata umat manusia, juga skenario rekaan di layar sinema. Kita kadang sulit menakar, mana yang lebih perih: cinta yang tak terbalas, atau cinta yang terbalas, tetapi berujung pengkhianatan.
Apakah kita punya hak membenci seseorang, hanya karena dia tidak memberikan seluruh hati nya seperti kita memberikan seluruh hati kita pada nya.??
Apakah kita boleh mengatakan, "Karena kau tidak menghargai cinta ku, berarti yang kau perlukan dariku adalah kebencian.!!"
Entahlah...
Walau semua orang tahu, cinta yang di tolak atau dikhianati bukanlah akhir segalanya.
Tapi jika cinta yang "di tolak atau dikhianati" itu kemudian kita biarkan melintasi batasnya yang setipis kulit bawang,maka akan menjadi kebencian.
Padahal ada option yang lebih baik.
(1) Pamit baik-baik, mengemas kembali tumpahan hati yang tak menemukan muaranya itu, mencari samudera lain yang membutuhkannya, yang benar-benar bisa menghargainya.
Atau...
(2) Jika sungguh tak bisa pindah ke lain hati, tetaplah mencintainya, karena sebenarnya, tak siapapun yang bisa menolak persembahan cinta. Bukankah mencintai adalah hak setiap orang?
Tetapi tentu saja, mencintalah dari jauh, melayarkan rindu yang tak pernah kunjung berlabuh. Sayangi dirinya tanpa membuatnya merasa terganggu. Panjatkan do'a untuknya, walau dia tak pernah tau, memohonkan bahagia untuknya, walau kebahagiaan itu dibaginya bukan denganmu.
Menyedihkan?
Mungkin iya, mungkin juga tidak. Yang jelas, itu tidak sekonyol cinta yang bermutasi jadi benci tadi. Lagian, Tuhan konon menyimpan sebuah janji rahasia di langit sana: bahwa tak ada balasan bagi cinta sejati, kecuali cinta sejati pula.
Siapa tau, ini cuma persoalan waktu...
But......
Praktek kan tidak semudah teori.
So............
Jika Cinta mu di tolak atau di Khianati,apa sich yang akan kamu lakukan agar Cinta itu tidak berubah menjadi Benci.??
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment