Bunda
Bunda.. Jiwamu bak permata Kasihmu bagai sang surya Engkau laksana lentera Bagiku kau pelita, di kegelapan hati hamba
Bunda.. Kau pahlawan sejatiku, yang telah menyelamatkanku Dari jurang hitam yang kelabu Kau selalu mendampingiku Dalam mengarungi dunia yang semu Menerjang ombak kehidupan yang berliku
Oh Bunda... Kasih sayangmu tak terkira Melebihi dunia dan seisinya Bundaku tersayang Hingga ajal dan maut menjelang Aku akan selalu mengenang Pengorbananmu yang begitu mengagungkan
Bundaku Bagaimana ku harus membalasmu Membalas pengorbanan dan perjuanganmu Mungkin hanya terima kasih selalu terucap untukmu yang tersirat ikhlas dari kalbu oh Bundaku... dari dulu ku mengaku Kau memang segalanya bagiku
Apa itu cinta...?
Datang memberikan kebahagiaan
Tapi tak jarang juga membawa kedustaan
Ia dapat mengubah putih menjadi hitam
Tapi juga bisa mengubah kelam menjadi benderang
Itulah sepenggalan makan dari cinta
Cinta...
Terdiri dari lima huruf, tapi kaya akan makna
Makna dari setiap tafsiran yang berbeda
Dia bisa menjadi dewa, yang amat dipuja
Bagi siapa saja pencobanya
Semua orang pasti pernah merasakan cinta
Terjun ke lembah asmara
Bahkan mencoba permainan cinta
Yang tak dilupa sepanjang masa
Tapi, tak selamanya cinta membawa bahagia
Bahkan banyak yang telah bosan dengan dunia
Karena telah terhunus pedang cinta
Pedang yang membuat lupa segalanya
Banyak hal yang dilalaikan
Karena cinta yang diutamakan
Segala dan semuanya dikorbankan
Demi cinta yang ingin dipuaskan
Entah berapa banyak tafsiran tentang cinta
Dari setiap pandangan yang berbeda
Oh, cinta...
Begitu banyak makna yang kau punya
Tapi apabila kita sedang jatuh cinta
Tak banyak kata yang bisa kita ucapkan untuk mengungkapkannya
Guruku, Pelitaku
Kaulah guruku
Pelita dalam jiwaku, pemberiku ilmu
Dikala ku tak tahu
Dengan sabar aku mengajariku
Kau bagaikan pahlawan
Yang memberikan penerangan
Dalam lembah hitamku yang kelam
Kau laksana dokter bagiku
Yang mampu mengobati
Kebingungan yang ada dalam pikiran ini
Kadang kau juga memotivasi
Agar semangat kami terus berapi
Bagaikan semangat Pattimura yang gigih berani
Membela bangsa dan negeri
Guruku...
Kau bagai meneteskan embun
Yang dapat memberi kesejukan
Di kegersangan kalbuku
Dikala ku ingin tahu sesuatu
Dengan kelembutan hatimu
Kau memberiku sepucuk penjelasan
Walau kadang ku tak suka padamu
Tapi, kau tetap ikhlas membagi ilmu
Ilmu yang sangat penting bagiku
Aku akan berani mengarungi samudra kehidupan
Dengan perahu ilmu buatanmu
Oh Guruku...
Kau kuhormati dan kutaati
Mungkin hanya itu yang bisa kulakukan
Untuk membalas kebaikanmu
Yang telah mengajariku, dari ketidaktahuanku..
Panorama Desaku
Udara pagi segar menyambut
Berhawa dingin berselimut kalbu
Ku perlahan buka jendela kamarku
Mencoba menghirup udara desaku
Yang segar menentramkan kalbu
Ku berjalan menuju jalan
Kemudian duduk di rerumputan
Jalanan masih sepi
Hanya kawanan burung yang kesana kemari
Terlihat petani siap bekerja
Mencari karunia Tuhan Yang Maha Esa
Udara desaku masih bersih
Beda jauh dengan perkotaan
Yang banyak mengandung polutan
Di desaku...
Sejauh mata memandang,
Yang terlihat hanyalah persawahan
Yang laksana permadani hijau yang tergelar
Sang surya mulai terbit
Membagikan sinarnya ke jagat raya
Memberikan kehangatan pada siapa saja
Oh desaku...
Udaramu memberikan kesejukan
Pemandanganmu menyejukan mata
Kaulalah desaku...
Tempat kelahiranku
Kau kan ku kenang selama hidupku
Dan sampai ajal menjemputku
Lentera Bangsa Mulai Meredup
Pagi bersinar membangunkan
Pemuda bergegas memasangkan
Seragam dan senjata perjuangan
Berbekal semangat yang membara
Tertancap kuat di dalam dada
Mengorbankan jiwa dan raga
Semua itu pemuda dahulu kala
Tapi, pemuda zaman sekarang
Tak kenal yang namanya berjuang
Tahunya hanya kesenangan
Banyak pemuda yang melupakan
Betapa berjasanya para pahlawan
Dan betapa pentingnya perjuangan
Oh, pemuda era sekarang...
Mungkin kau sudah lupa dengan norma
Pergaulan bebas dimana-mana
Obat-obatan terlarang sudah biasa
Bibit pahlawan dibutuhkan
Tapi tak ada yang membanggakan
Banyak pemuda bermalas-malasan
Banyak pemuda yang tak bisa memahami
Betapa kerasnya hidup ini
Oh pemuda bangsa, tahukah engkau?
Sekarang negeri semakin rusak
Karena kurangnya pemuda sejati
Pemuda yang siap membela negeri
Itulah pemuda zaman sekarang
Bagaikan lentera
Yang sinarnya mulai meredup
Termenung di Ujung Senja
Sang surya telah menuju peraduannya
Meninggalkan kesan hitam setelahnya
Tinggallah cahaya di ufuk barat saja
Para burung telah kembali ke sarangnya
Setelah membawa sejuta cerita
Kucoba resapi perlahan
Takdir hidup yang terus berjalan
Dan berputar bagaikan roda
Kadang kala di atas dan kadang kala di bawah
Ku termenung di kesunyian
Singgah di alam lamunan
Kucoba menerawang masa depan
Masa di mana ku harus menentukan
Tujuan hidup yang sebenarnya
Membuka cakrawala kehidupan yang nyata
Tiba-tiba ku termenung memikirkan dosa
Entah berapa banyak dosa yang kulakukan
Sampai aku telah melupakan
Dalam kalbu ku berdo’a
Semoga Tuhan mengampuni hamba
Kegelapan tiba-tiba menyadarkan
Sang surya telah benar-benar hilang
Ternyata senja telah berubah jadi petang
Kucoba bangkit dari persinggahan
Dan kembali bertasbih mengingat Tuhan
Karya:
Rodhiyah Nur Zulaikhoh
Siswi kelas VIII Bilingual MTs Roudlotusysyubban
Tawangrejo - Winong - Pati
Oke, sekian dulu postingan saya mengenai kumpulan puisi terindah 2012. Bila ada kesempatan akan saya tambahi puisinya. Kurang lebihnya saya minta ma'af.
0 comments:
Post a Comment