Cerpen Mhey Viani
“loe gila ya Win? Gimana bisa loe nyomblangin gue sama mantan loe.” sergahku.
“Firan sendiri yang minta, ya gue kabulin.” Jawab Windi.
Sahabatku satu itu memang gila. Setelah kemaren aku dibuat bingung oleh
sesosok penelfon misterius, dan ternyata dia adalah mantan Windi yang
ternyata aku kenal. Dan kagetnya, dia sengaja meminta nomor handphoneku
pada Windi. Setelah mengungkapkan identitas sebenarnya, Firan malah
lebih sering lagi menghubungiku.
“Key, kapan bisa jalan sama loe.”
“kapan-kapan deh.”jawabku
Sebenarnya aku merasa gak nyaman sama Windi, tapi perhatian Firan membuatku luluh. Hingga suatu saat.
“key, gue sayang sama loe. Loe mau jadi cewek gue?” ucapan Firan mengagetkanku.
“Firan..loe mantan sahabat gue, gue gak mungkin jadian sama mantan sahabat gue sendiri. Gue takut dia tersakiti.”
“udahlah Key, Windi gak papa kok. Dia ikhlasin gue, gue tuh cuma temenan aja sama dia sekarang.”
Tiba-tiba panggilan telepon pun tertahan,dan tiba-tiba ada suara Windi.
“udahlah Key,santai aja. Kita udah gak ada apa-apa,lagian gue gak
mungkin ngabulin permintaan dia buat minta comblangin sama loe kalau gue
masih sayang sama dia.” Ucap Windi.
“tapi Win…”
“udah denger sendiri kan,,Windi aja gak pa-pa.” Firan memotong kalimatku dan Windi pun mematikan teleponnya.
“jadi gimana?” Tanya Firan lagi.
“sebenernya sih gue juga sayang sama loe…Cuma..”
“makasih ya Key,gue seneng banget. Jadi lo mau jadi pacar gue.”
Lagi-lagi Firan memotong kalimatku. Aku hanya bisa menganggukkan kepala.
“iya Fir..”jawabku kemudian.
***
Gak terasa udah seminggu aku jadian sama Firan. Memang indah,karena
perhatian Firan mampu melunakkan hatiku. Namun lama kelamaan aku semakin
merasa bersalah dengan Windi. Hingga suatu hari Firan terkejut dengan
ucapanku.
“Fir..kayaknya hubungan kita udah gak bisa dilanjutin lagi deh. Aku
terus merasa bersalah sama Windi,aku tahu perasaan dia gimana ngeliat
kita jalan berdua. Walaupun dia gak bilang, tapi aku tahu Fir..” ucapku.
“Key,Windi gak kayak gitu. Dia ikut seneng kok ngeliat kita. Lagian gak
ada apa-apa juga kan, gak ada yang berubah kan dari sikap Windi sejak
kita jadian.”
“iya Fir..tapi aku tahu perasaan dia sebenarnya. Lebih baik kita temenan
aja dulu ya.” Aku tetap nekad pengen putus sama dia. Sesaat dia
terdiam.
“hmm…ya udah deh kalau memang itu mau kamu. Tapi kita tetep temenan
kan,gak pa-pa kan kalo aku tetep sayang sama kamu.” Ucap Firan kemudian.
Aku hanya mengangguk lalu pergi dari hadapan Firan.
Suatu hari Windi mendekatiku, ternyata dia heran melihat aku dan Firan sudah jarang kelihatan berdua.
“Key..mana Firan. Gue gak pernah lagi liat dia sama loe jalan.”
“mmm…gue udah gak sama Firan lagi Win. Gue gak enak sama loe,gimana
perasaan loe liat kita jalan, loe kan mantannya dia.” Jawabku jujur.
“ya ampun Key…gak gitu juga kali. Gue nyantai aja,gue gak ada rasa
apa-apa lagi sama dia. Ngapain sih loe mutusin dia,,gue ikut seneng liat
dia sama loe jadian. Gue tahu loe baik buat dia.” Jelas Windi. Aku
hanya bisa terdiam dan mengangkat bahu.
“ya gimana lagi,, udah putus juga,udah kejadian.”lanjutku kemudian.
“gue yakin bentar lagi dia bakal minta loe buat balikan lagi sama dia. Gue tahu Firan gimana.”
Sepulang sekolah, tanpa ganti baju lagi aku langsung merebahkan diri di
kasur empukku. Saat baru akan memejamkan mata, dering handphone
mengejutkanku dan tertera nama Firan di sana.
“iya Fir..kenapa?”tanyaku
“kamu lagi ngapain Key? Udah makan belom? Aku ganggu gak?” Tanya Firan bertubi-tubi.
“gak lagi ngapa-ngapain. Gak kok gak ganggu.” Jawabku seadanya.
“gimana kabar kamu, baik-baik aja kan?” Tanya Firan lagi
“baik kok..kamu?”
“baik juga. Ya udah ya Key,baik-baik ya. Aku cuma pengen denger suara
kamu aja kok.” Ucap Firan kemudian dan dia langsung mematikan telepon.
Mendengar ucapan terakhirnya, aku terdiam.
***
Setelah hampir 1 bulan aku putus dengan Firan, muncul seorang yang ingin
jadi pengganti Firan. Namun sama dengan Firan dulu, aku belum kenal
lama dengan Gion. Tapi untuk sekedar melupakan Firan bolehlah pikirku.
Akhirnya setelah aku pikir-pikir,aku juga menerima Gion. Gak kerasa
hubunganku dengan Gion bertahan lama hingga hampir 6 bulan, namun
semakin lama aku semakin merasakan bahwa sifat Gion mulai berubah. Dia
emosian dan mulai posesif serta temperamental. Aku mulai mencoba untuk
lepas dari dia, namun ancaman-ancamannya terus membuatku takut. Hingga
hampir satu bulan aku bertahan dalam keadaan penuh tekanan, hingga
akhirnya tiba-tiba sosok Firan datang lagi.
“hai Key, gimana kabar loe. Kok kelihatannya loe sakit yah? Pucat banget
wajah loe” ujar Firan saat bertemu di sebuah kafe. Memang sejak
bermasalah dengan gion, aku mulai berubah. Karena penuh tekanan, aku
sering memikirkan masalah itu sehingga kesehatanku menurun. Aku hanya
memendamnya sendiri karena aku takut menceritakannya kepada orangtuaku.
“hmm..gak pa-pa kok. Loe ngapain disini?” tanyaku mencoba menghindar dari pertanyaan Firan.
“gak usah bohong Key, gue tahu dari mata loe. Cerita sama gue, gue bakal bantu loe.” Ucap Firan terdengar khawatir.
Akhirnya setelah diyakinkan oleh Firan, aku pun menceritakan semua yang
aku alami dengan Gion hingga tanpa sadar aku meneteskan airmata di
hadapan Firan.
“hmm..maaf ya Fir, gue jadi cengeng kayak gini.”
“udahlah Key, keluarin aja semua kekesalan loe. Gue akan dengerin loe
kok, tenang aja yah. Gue pasti ada buat loe.” Firan merebahkan kepalaku
di bahunya. Saat itulah aku merasa tenang dan damai ketika berada di
samping Firan.
“Fir…maafin gue yah dulu gue mutusin loe tiba-tiba. Tanpa alasan yang
jelas pula.” Aku tiba-tiba membahas masa-masa yang bagiku itu adalah hal
bodoh yang telah kulakukan.
“ya udahlah Key,,udah terjadi juga. Sekarang juga kalo loe mau, gue
pengen ngajak loe balikan lagi.” Ucap Firan yang serta merta
mengagetkanku.
“Fir..loe serius. Loe kan tau gue masih sama Gion.”
“iya Key, gue tau. Tapi gue juga tau kalo hati loe tuh gak sama Gion.
Kita bisa kok backstreet dari dia, gue bakal nyimpan rahasia ini Cuma
untuk kita berdua.” Jawab Firan meyakinkanku.
“loe yakin Firan..gue belum bisa lepas dari dia. Loe yakin semuanya akan baik-baik aja?”
“gue yakin semuanya akan baik-baik aja. Gue akan tanggungjawab kalo ada apa-apa.”
“iya Fir…gue mau. Makasih ya Fir, loe janji akan nyimpan rahasia ini
baik-baik. Gue juga akan usahain untuk secepatnya lepas dari Gion.”
Yakinku.
“gue janji buat loe.” Ucap Firan sambil mencium keningku.
***
Udah 2 minggu aku backstreet sama Firan dari Gion. Aku kadang merasa
bersalah sama Firan, gimana bisa aku mengiyakan permintaanya untuk jadi
yang kedua. Sementara aku tahu, itu pasti akan menyakitkan. Suatu hari
aku mendengar sebuah gosip tentang Firan.
“Key, mantan loe si Firan tuh kemaren jalan sama Mita. Mereka jadian yah? Bukannya Mita pacarnya Dio.” Tanya kak Vina, sepupuku.
“emangnya kenapa kak? Kamu kenal sama Dio n Mita?” jawabku sedikit
kaget mendengar pertanyaan itu. Jelas saja, itu menyangkut Firan.
“kenal lah, Dio kan sepupunya Riko. Makanya kakak Tanya sama kamu.”
Aku baru ingat kalau Riko, pacarnya kak Vina sepupuan sama Dio dan rumahnya pun deketan.
“oh iya kak. Trus kenapa kak? Kakak mau aku nanya sama Firan. Ih gak
banget lah kak, nanti dia mikir aku pengen balikan sama dia, sibuk
ngurusin dia.” Jawabku.
“iya ya. Ya udah deh,gak usah diurusin ,biar Dio tahu sendiri aja.” Jawab kak Vina kemudian.
Padahal sebenarnya aku juga pasti akan bertanya sama Firan, secara
Firan pacarku. Walaupun jadi yang kedua, tapi bagiku Firan tetep nomor
satu. Dan mendengar dia jalan sama cewek lain, sontak aku merasa kaget.
“Fir,loe kemaren jalan sama siapa?” aku mencoba buat tidak langsung menayakan tentang Mita.
“aku kemaren gak jalan kok Key, aku dirumah aja.” Jawab Firan.
“beneran?”
“iya Key, beneran.” Yakin Firan.
“oh, kayaknya Firan mulai nyoba boong sama gue. Apa maksudnya? Apa dia
udah bosen sama hubungan ini. Tapi kenapa harus dengan cara kayak gini?
Kalo udah gak kuat, kenapa gak bilang aja? Lagian kemaren gue juga gak
minta, kan dia sendiri yang minta dijadiin yang kedua, lagian walaupun
yang kedua, dia gak harus bebas jalan sama cewek lain juga dong.”
Batinku yang merasa kesal telah dibohongi Firan.
“Key..kenapa diem?” Tanya Firan.
“oh nggak, cuma pengen tahu aja. Oh iya Fir, gue cuma mau bilang. Kalo
loe udah gak tahan dengan hubungan kita ini, kita cukup disini aja. Gue
juga gak mau loe terus-terusan berada di posisi kayak gini. Loe bisa
bebas juga kan mau jalan sama cewek lain, mau nyari cewek lain tanpa ada
yang ngalangin.” Ucapku seketika.
“loh kok? Gue seneng kok di posisi kayak gini, gue nikmatin.”
“udahlah Fir, jangan boong. Kemaren loe jalan sama Mita kan. Kalo loe
udah jenuh sama hubungan ini, loe bisa bilang sama gue, bukan dengan
cara kayak gini. Gue tahu loe yang kedua buat gue, tapi bukan berarti
loe bisa bebas jalan sama cewek lain.” Sergahku.
“oh..jadi karena itu loe marah sama gue? Iya gue akuin kemaren gue jalan sama Mita, tapi…”
“udahlah gak ada tapi-tapian. Sekarang gue bebasin loe buat jalan sama
cewek lain. Udah cukup loe jadi yang kedua buat gue. Selamat
bersenang-senang ya. Maafin gue udah jahat sama loe.” Aku memotong
kalimat Firan dan langsung mematikan panggilan. Beberapa kali Firan
mencoba menelpon balik, tapi tidak kuhiraukan.
***
2 hari lagi ultahku yang ke-17 dan aku berniat untuk merayakannya. Namun
hingga ultahku kali ini, sudah sekitar 1 bulan masalahku dengan Gion
tak kunjung usai. Firan yang selalu membuatku tenang, juga telah hilang.
Saat malam pesta ultahku, yang datang pertama kali adalah Gion dan dia
langsung terus berada di sampingku dan ikut menyalami teman-temanku yang
datang.
“ih..ngapain sih nih Gion disini terus.Ya Allah..aku mohon jauhkanlah
Gion dari kehidupanku untuk selama-lamanya. Gue gak mau kenal dia
lagi.” Gumamku dalam hati.
“kak, risih nih sama Gion. Maunya sampingku melulu.oh iya, kak Riko
mana?” Aku curhat sama kak Vina,satu-satunya orang yang tahu masalahku
dengan Gion.
“kamu pindah aja, jangan ditanggepin,anggap aja dia gak ada kalau dia
terus deketin kamu. Kak Riko bentar lagi dateng kok, dia lagi nunggu
mobilnya yang dipake Dio buat jalansama Mita.”
“loh masih sama Mita? Kan kemaren kakak bilang Mita jalan sama Firan.”
“iya sih, ternyata Firan sama Mita itu cuma temen deket. Mereka udah
lama temenan dan memang sering jalan berdua,kemaren juga Mita minta
Firan buat nemenin dia ke took buku soalnya Dio lagi ada kegiatan. Dio
juga kenal kok sama Firan.” Jelas kak Vina. Aku kaget dan terdiam
mendengarnya, kemaren aku udah curiga sama Firan bahkan langsung mutusin
dia. Dia gak sempat ngejelasin soalnya aku udah motong kalimatnya
duluan. Aku pun merasa menyesal karena selama ini Firanlah yang selalu
nenangin aku.
Satu persatu teman-temanku datang, dan pada saat acara tiup lilin akan
dmulai. Teman-temanku yang berada di depan terdengar riuh, sempat
terdengar teman perempuanku menjerit. Kamipun mencoba melihat apa yang
terjadi. Hampir semua teman-temanku ikut berlarian ke depan rumahku.
Saat aku berlari, aku melihat sebuah kendaraan terbaring di depan pagar
rumahku dan aku tercengang melihatnya. Itu adalah motor Firan.
“Firan..itu motor Firan. Aku yakin itu. Tapi kenapa Firan disini? Dari
tadi aku juga gak ngeliat Firan, dan aku juga gak pernah ngasih tahu dia
kalo aku ngerayain pesta.” Au mencoba menerka-nerka.
“Key..Firan.” kak Vina langsung menghampiriku dan menarik tanganku
kearah temen-temenku yang sedang mengerumuni sesuatu. Saat melihat apa
yang ada di tengah-tengah mereka, seseorang yang terbujur kaku dengan
kepala bersimbah darah. Aku terduduk di hadapannya dan sontak aku
menjerit sambil meneteskan airmata.
“Firan………bangun Firan. Kenapa bisa kayak gini. Bangun Firan..” aku
menjerit memanggil nama Firan. Namun Firan tetap terbaring lemah,
beberapa detik kemudian mata Firan perlahan terbuka, dia tersenyum dan
dengan bersusah payah dia mencoba meraih pipiku. Aku meraih tangannya
dan melekatkannya ke pipiku. Setelah itu dia kembali memejamkan mata dan
perlahan tangannya terlepas dari genggamanku.
“Firan……………..”aku menangis dan langsung memeluk firan. Tak kuhiraukan
gaun pestaku telah dipenuhi oleh darah. Gion mendekatiku dan menarikku.
Tak kuhiraukan panggilannya, aku malah menepis tangannya dari pundakku.
Kemudian kak Vina mendekatiku.
“Key, tadi kakak nemuin ini di dekat tubuh Firan.” Kak Vina memberikan sebuah kotak mungil yang lucu.
“dengan meneteskan airmata, perlahan aku membuka kado tersebut. Isinya
adalah sebuah kalung bertuliskan my angel dan sebuah kartu kecil.” Aku
membaca tulisan di kartu tersebut.
“Keyla my angel,happy birthday ya. walaupun kisah kita begitu
singkat,tapi semuanya begitu indah. Makasih ya udah jadi my angel. Aku
akan selalu sayang kamu.”
Setelah membaca tulisan itu, aku kembali menangis histeris memanggil
nama Firan. Ternyata Firan ingin memberikan kado untukku. Aku menyesal
karena beberapa hari yang lalu, aku marah-marah sama Firan dan bahkan
sampai mutusin dia karena kecurigaanku yang ternyata salah. Ternyata
Firan masih ingat dengan ultahku, dan dia memberikan sesuatu untukku,
namun sekarang penyesalanku terlambat. Firan telah pergi dan aku hanya
bisa mengungkapkan penyesalan itu pada pusaranya nanti. Tak lama ambulan
datang membawa jasad Firan. Gion pun kembali mendekatiku dan mencoba
menenangkanku.
“udahlah Key, Firan udah gak ada, gak usah ditangisin.” Ucap Gion.
“diem kamu. Ini semua gara-gara kamu. Aku tuh gak pernah ngarepin kamu
ada di pestaku malem ini, udah cukup kamu bikin hidupku tersiksa, penuh
tekanan. Bukan hanya sakit hati, tapi sakit jiwa raga. Kamu tuh manusia
gak punya hati, aku nyesel kenal sama kamu. Pergi kamu dari hidup aku,
sebelum aku berbuat nekad. Silahkan kamu bertobat sebelum kamu nyusul
Firan dan kamu bakal tersiksa lebih dari rasa sakit aku yang udah kamu
bikin tersiksa. Gue benci loe, jangan pernah anggap gue ada. Gue gak
pernah dan gak akan pernah mau lagi denger nama loe dan liat wajah loe
dhadapan gue.” Aku memaki-maki Gion di hadapan teman-temanku. Malam itu
semua kekesalan yang ku pendam selama ini seketika ku keluarkan.
“Keyla…” Gion mencoba memegang tanganku dan aku langsung menepisnya.
“pergi…..gue gak butuh loe. Loe cuma bikin hidup gue hancur.” Aku
menunduk, enggan menatap wajah Gion. Gion terdiam di hadapanku.
“gue bilang pergi, jangan harepin gue lagi buat kenal sama orang gk
punya hati kayak loe. Dosa terbesar gue kenal sama loe. Loe tau itu?”
makiku sambil terus menunduk. Aku pergi meninggalkan Gion dan
teman-temanku. Gion kembali menarik tanganku.
“jangan coba sentuh gue.” Aku menepis tangan Gion dan berlalu pergi
tanpa menghiraukan tatapan heran teman-temanku yang penuh tanda tanya
karena makian-makian yang kulontarkan tadi. Aku menarik tangan kak Vina
dan memintanya untuk membawaku ke rumah sakit dimana Firan dibawa. Dari
kejauhan tak lama kulihat Gion juga berlalu pergi.
“Firan…maafin gue. Maafin sikap gue ke loe, gue udah berpikiran buruk
sama loe. Gue nyesel sempet marah-marah sama loe dan bahkan mutusin loe.
Disaat gue ingin memperbaikinya, loe udah pergi Fir. Walaupun loe
pernah jadi yang kedua buat gue, tapi bagi gue loe tetep yang pertama
dan terbaik untuk gue. Gue akan selalu jadi angel buat loe Fir. Semoga
loe tenang yah disana, do ague akan selalu ada buat loe. Simpan cinta
gue di tidur panjang loe ya. I love you.” Bisikku kemudian di telinga
Firan saat aku telah berada di hadapan jasad Firan. Dihari ultahku ini,
Firan memang telah pergi. Namun cintanya akan selalu hidup dihati aku,
dan kado itu…adalah kado terakhir dan terindah dari Firan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment