Setelah membaca "Cerpen Paling Sedih" ini sampai habis, tak terasa aku
menangis terlarut dalam cerita sedih yang ada pada cerpen sedih ini. Aku
sebagai seorang pria dan juga seorang suami tidak akan pernah melakukan
hal yang telah dilakukan tokoh pria dalam cerpen paling sedih ini.
Cerpen Paling Sedih "Berapa Harga Cintamu ??!!"
" Assalamu'alaikum ", salamku begitu terdengar nada telephone diangkat.
" Wa'alaikumsalam " suara Fee' menjawab salamku.
" Gie ngapain ? gie sibuk kerja yah "
" Hehehehe baru bangun nih. Hari ini kerjaan libur. Ada apa ?"
" Engga ada apa-apa sih. Aku cuma lagi suntuk aja di rumah. Pengen jalan-jalan keliling Jakarta."
" Emang mau kemana ?"
"Ya belum tau juga sih, hari Jum'at gini semua temen pada sibuk kerja.
Makanya gak tau mau ngajakin siapa buat jalannya, trus keinget kamu deh
yang kerjaannya nomaden gitu."
"Nomaden gimana..... kamu ngaco ah, tapi ok lah nanti sorean aku antar.
Hari ini aku ada janji ketemu dengan klien. Nanti kalo sudah selesai aku
kabarin ya."
" OK deh kalo gitu. Aku tunggu yah"
" Seep. See Yaa "
" See Yaa "
********
Beberapa jam kemudian, aku dan Fee' sudah berada di salah satu sudut
caffe dibilangan Jakarta Pusat. Di luar jendela aku lihat mendung
menggelayuti langit kota Jakarta. Sambil berbincang, aku ditemani
minuman favorit ku, secangkir coklat panas. Sedangkan Fee' lebih memilih
hot cappucino kesukaannya.
" Ada masalah apa sebenarnya sih Ra ?", tanya sahabatku seolah mampu menyelami hatiku yang sedang gundah.
" Suamiku selingkuh Fee' "
" What ..??!! "
" Ya.. Dia telah selingkuh, tadinya aku tidak percaya dengan segala apa yang telah diucapkan perempuan itu padaku. "
" Terus.. darimana kamu bisa sebegitu yakin kalau suami kamu sudah benar-benar selingkuh?"
" Dari pengakuan suamiku sendiri "
" Maksudmu, kamu sudah menginterogasi suami kamu begitu ? "
"Sebenarnya aku tidak bermaksud menginterogasi dia. Aku hanya bercerita
bahwa ada seorang perempuan yang datang kepadaku dan mengaku bahwa dia
selingkuhan suamiku, terus mengalirlah pengakuan itu dari dia" sampai
disini kembali kelopak mataku terasa perih. Ada air mata yang menggenang
disana. Buru-buru aku seka dengan selembar tisu sebelum air itu menetes
di pipiku.
Fee' menggenggam tanganku, seolah ingin menyalurkan ketenangan lewat tangannya kepadaku.
Setelah merasa sedikit lebih tenang, akhirnya aku mampu menumpahkan
segala beban di dadaku. Tentang bagaimana sakit dan hancurnya hatiku
mengetahui perselingkuhan yang telah dilakukan suamiku. Sesekali aku
harus menghentikan ceritaku, agar tangisku tidak meledak.
" Sekarang aku bingung Fee', aku tidak tau harus bagaimana. Aku tidak tau keputusan apa yang sebaiknya aku ambil...."
" Untuk sekarang, kamu tidak perlu mengambil keputusan apa-apa, karena aku tau kamu dalam kondisi yang tidak stabil."
"Tapi aku tidak mau berlama-lama dalam kondisi seperti ini Fee', aku
tidak sanggup. Sampai saat ini jalan yang terbaik yang terfikir hanyalah
minta cerai."
"Vara, aku yakin kamu juga sudah tau bahwa Tuhan sangat membenci
perceraian. Namun seperti kita tau Tuhan juga tidak melarang tentang hal
itu. Hanya saja menurutku jangan terlalu cepat mengambil keputusan di
saat hati dan pikiran kita sedang labil."
"Jangan sampai kamu melakukan kesalahan yang sama seperti yang telah aku
lakukan. Kamu tau Ra, sebuah perceraian itu sangat menyakitkan. I've
been there before, and I regret it 'till now. If I could stop the time,
I'm sure I'll turn it back. Tapi semua sudah terjadi, hanya karena
terbawa emosi akhirnya aku seperti yang sekarang kamu lihat."
"Aku tau Ra, kamu sangat menyayangi suamimu. Begitu juga suami kamu.
Diluar apa alasan suami kamu melakukan kesalahan itu, aku tau kalian
saling membutuhkan. Tolong Ra jangan terlalu impulsif... redam dulu
amarah serta emosi kamu, mohon petunjuk-Nya. Aku yakin Tuhan akan
memberikan jalan terbaik."
Aku menyeruput coklat panas yang tidak lagi panas. Ini gelas kedua untukku.
Aku masih mendengarkan wejangan-wejangan yang diberikan sahabatku for a couple of hour.
Aku lihat di luar sudah mulai gelap. Lampu-lampu jalanan sudah menyala terang.
Setelah meyakinkan Fee' kalau aku sudah merasa lebih baik, kami memutuskan mengakhiri pertemuan.
********
Satu minggu sudah berlalu sejak perbincanganku dengan Fee'. Dan selama
itupula aku berkomunikasi dengan suami hanya melalui sms, meskipun kami
masih tinggal dalam satu rumah. Itupun aku lakukan apabila ada hal-hal
yang penting saja. Aku masih diliputi perasaan yang tidak menentu.
Satusisi aku ingin memaafkan kesalahannya, tapi disisi lain ketika
mengingat apa yang telah dia lakukan padaku, kembali hati ini tersayat.
Di satu sisi aku sudah tidak sanggup dengan pengkhianatannya, namun
disisi lain aku tidak mau kehilangan dia. Aku berada di persimpangan
yang membingungkan.
" Hun, kenapa sih milih aku buat jadi istrinya sayangku ?" tanyaku disuatu senja di teras rumah kami.
" Kenapa memangnya.. kok tiba-tiba nanya nya begitu ?" dia menatapku heran.
" Yee... pasti gitu deh, kebiasaan kalo ditanya bukannya ngejawab tapi malah balik nanya."
" Ya abisnya... gak ada angin gak ada ujan tiba-tiba nanya begitu. Emang abis nonton apaan ato abis ada kejadian apa sihhh..."
" Ya engga ada, cuman pengen nanya aja. Ayo donk Hun di jawab..." rajukku.
" Ehem.. ehem... hehehehe... begini ya Sweetyku... Hm... kenapa yaahh... waduh susah nih ngejawabnya.."
" Yeeeeeee...."
" Ok.. Ok..."
"Kenapa aku milih sweetyku buat jadi istriku, karena aku yakin sweety ku
bisa menjadi istri sekaligus ibu yang baik buat anak-anakku. Aku yakin
sweetyku bisa membuat nyaman suami sekaligus anak-anak kita nanti."
" Terus..."
" Terus... karena aku merasa kekuranganku ada di sweetyku. Menjadi kelebihannya sweetyku. Begitu..."
" Udah..??" kejarku kurang puas.
" Udah."
" Kok jawabnya bukan karena sayangku cinta aku sih..." protesku.
"Sweety.. cinta itu bisa tumbuh dengan cepat, namun bisa padam secepat
dia menyala. Tapi aku sayang sama sweetyku, dan buat aku tingkatan
sayang itu sudah di atas cinta."
" Hooo.. gitu yah."
"Hun... aku kasih tau satu rahasia yah...", lanjutku sambil menyusup
kedalam pelukan suamiku. " Jaman SMA dulu aku sudah nentuin kriteria
untuk calon suami lho. Di antaranya, dia harus lebih pinter dari aku
disisi agama, tapi di bidang umum juga harus lebih pinter dari aku."
" Tapi dapatnya gak seperti yang diharapkan yah..." godanya.
"Ya engga juga.. seperti kata sayangku tadi, kelebihanku menutupi
kekurangan sayangku. Begitu juga dengan aku, kelebihannya sayangku bisa
menutupi kekuranganku. Jadinya saling melengkapi gitu."
" Yup betul sekali... tumben istriku pinter yahhh... hahahaha...".
" Sayangggg..... !!!!!" sungutku sambil mencubit pinggang suamiku.
" Awww.... hahaha !!!! "
Aku tersenyum perih mengingat kembali semua kenangan manis itu. Ahhh...
betapa sebenarnya aku sangat menyayangi suamiku. Andaikan perempuan itu
tidak hadir di antara kami, aku tidak akan merasa sakit seperti ini.
Namun apalah lacur, semua sudah terjadi. Dan itu kenyataan yang harus
aku terima, mau tidak mau.
********
Aku bergegas memasukkan semua keperluanku ke dalam mobil. Tidak lupa
aneka roti unyil kesukaan suamiku serta buah naga kesukaan papa mertua.
Hari ini aku akan menyusul suami ke rumah mertua. Sudah dua hari suamiku
pulang kesana untuk membantu mama menjaga papa karena kondisi
kesehatannya menurun.
Dalam perjalanan, pikiranku kembali berkecamuk. Antara membenarkan
tindakanku yang memaafkan dan perasan sakit hati yang mendera.
Perasaan terluka, terkhianati, kecolongan datang silih berganti dengan
kenyataan bahwa aku masih sangat menyayanginya, teramat mencintainya.
Seperti yang Fee' pernah katakan padaku, cinta... kebahagiaan sejati itu
membutuhkan pengorbanan.
Tapi aku juga tidak tau bahwa ternyata pengorbanan untuk meraih kebahagiaan itu demikian berat dan sakitnya.
Kembali terbayang kejadian ketika wanita itu datang padaku. Menceritakan
semua hal yang dialaminya bersama suamiku. Ya seorang suami yang
kepadanya aku letakkan seluruh kepercayaanku. Saat itu aku hanya mampu
terbisu, karena aku merasa seakan jiwaku sudah pergi meninggalkan raga.
Jiwa dan perasaanku tersayat. Terluka. Bagaimana mungkin suamiku tega
melakukan hal itu. Bagaimana mungkin suamiku tega mengkhianati
perkawinan kami. Apa salahku? Apa yang salah pada perkawinan kami?
Selama ini semua baik-baik saja tanpa ada tanda pernikahan kami
bermasalah. Kalaupun ada riak-riak kecil, itu masih dalam taraf yang
sangat wajar dalam suatu rumah tangga. Sudah bosankah suamiku kepadaku?
sudah jenuhkah dia menghadapiaku ?. Berbagai pertanyaan yang tidak
berujung memenuhi kepalaku. Ya Tuhan... terlalu berlebihankah apabila
aku menginginkan hidup dalam cinta, damai dan kebahagiaan ???
Semahal inikah harga cinta dan kebahagiaan yang ku impikan itu ???
Aku terlalu sibuk dengan pikiranku sehingga tidak menyadari mobilku
sedang melintas di rel kereta api yang tidak berpalang pintu. Dan aku
juga tidak mendengar teriakan maupun klakson yang sahut menyahut mencoba
mengingatkanku. Ketika aku tersadar, semua sudah terlambat. Terlambat
bagiku untuk menghindar.
Aku hanya mampu menjerit menyadari kereta itu sudah di depan mata.
Sebelum akhirnya kegelapan yang aku rasakan. Detik berikutnya, aku
merasa demikian ringan. Aku tidak merasa sakit di tubuhku. Aku melihat
mobilku yang hancur terlindas kereta di kerumuni orang.
Aku melayang tinggi.
Semakin tinggi dan menjauh.
Membayar lunas harga cintaku.
********
Harlam tertunduk lesu di samping gundukan tanah merah yang masih basah.
Tergambar jelas di raut wajah sedihnya kalau batinnya sedang menangis
pilu. Secarik kertas ada di genggamannya. Sejuta penyesalan terbias
diwajah piasnya.
Dear Hunnyku..
Hun, did you know how badly you hurt me ??? mungkin rasanya seperti
seorang ibu ketika melahirkan (tapi aku belum tau rasanya melahirkan
Hun, makanya aku bilang mungkin hehehe). But still Hun ... rasa sayangku
lebih besar ketimbang bencinya. Pengen sih Hun aku kabur saja
meninggalkan sayangku terus menghilang gitu, bahkan sempat terfikir
untuk membalas perlakuan sayangku ke aku. Tapi ternyata aku tidak mampu
melakukannya. Aku tidak sanggup. Akhirnya aku sampai pada keputusan ini.
Memaafkan sayangku. Karena aku juga tidak mau selamanya menanggung
beban sakit hati ini. I Just want to live in love, peace, and
happiness... itu saja...
p.s : Hun.. roti unyil ini aku sendiri yang bikin lho, dimakan yah. Ada
juga yang rasa durian, kan sayangku paling suka rasa durian. Another
surprise for you Hun.... I'm pregnant ... for two week's now.
Luv You,
Vara
Setelah selesai membaca semua isi dari Cerpen Paling Sedih tersebut, apa
pendapatmu ? keluarkan semua unek-unekmu dalam komentar ya sob, karena
sangat berarti buat saya untuk terus memberikan cerpen-cerpen terbaik di
blog khusus remaja online ini.
Namun jangan lewatkan untuk membaca cerpen paling sedih yang lain yang
pernah saya update sebelumnya yang berjudul cerita sedih seorang istri
atau cerpen keluarga yang menyedihkan mungkin tidak kalah dengan cerpen
paling sedih barusan.
0 comments:
Post a Comment