Cerpen sedih Hadiah Untukku Membuatmu Pergi

Hadiah untuk Ku membuat Mu Pergi
Oleh: Ayu Sulastri

 “Dok….saya mohon tunggu sebentar lagi, suami saya pasti akan datang” terdengar suara yang tak asing itu Ku dengar.

“Tapi buk… kita tidak punya waktu lebih lama lagi, kami harus menyelamatkan ibu dan anak ibu. Jangan sampai semuanya terlambat.”

Cerpen Cinta
Gubrrraakk…. Ku buka pintu kamar rawat istri ku secepatnya, Ku lihat wajah istriku yang begitu pucat. Segera Ku hampiri dan Ku genggam tangannya.

“Bunda… ada apa ini…?? Kenapa harus terjadi yang seperti ini..?? bukankah usia anak kita baru 7 bulan dan belum saatnya dia harus datang.” Ucapku dengan penuh kebingungan, karna terakhir kabar ku dengar dari istriku kesehatan kehamilannya baik-baik saja.

“Ayah… maafkan bunda, harus menyusahkan ayah lagi, bunda juga tidak ingin yang seperti ini. Tenanglah ayah… anak kita akan baik-baik saja, Ayah… berjanjilah pada bunda… jaga anak kita sebaik mungkin, seperti yang telah kita rencanakan selama ini, maaf kalau kehadiran anak kita sedikit terlambat hadir dirahim bunda. Maafkan bunda yah… jika selama bersama ayah, bunda tidak pernah memberikan kebahagian.”

Aku hanya bisa menatap wajah istriku dalam-dalam, tak pernah ku dengar dia mengucapakan kata-kata yang seolah ingin pergi dari ku.
 
“Bunda… ketahuilah… memiliki dirimu adalah kebahagian terindah dalam hidupku, kamu adalah istri yang sangat sempurna, setiap nafas mu terhembus angin-angin syurga yang sudah ikhlas melayani ku, sesungguhnya akulah suami terjahat, karna harus meninggalkan mu sendirian dirumah. Jarang membelaimu, jarang memberikan perhatian padamu, tapi… semua itu tak pernah membuat cinta mu berkurang pada ku. teruslah bertahan.. demi aku dan anak kita.” Hanya itu yang mampu terucap dari bibirku, airmata ku jatuh tak terhenti melihat kondisi istriku yang semakin melemah.

“Terima kasih ayah, bunda selalu merasa bahagia selama ini, ada sesuatu untuk ayah. Bacalah jika ayah ingin tau mengapa bunda harus sampai seperti ini,” ucap istriku sambil melirik kearah meja disamping kanannya. Aku lihat memang ada kotak kecil seperti kado yang terbungkus rapi.

“Maaf buk.. kita harus memulainya sekarang” ucap dokter yang berada disamping istriku.
Digenggamnya tanganku sekuat mungkin, sampai aku mengantarnya keruangan operasi. Tangan ku pun harus terlepas ketika tiba dipintu ruangan itu.Aku hanya bisa melihat senyum termanis istriku dari kaca-kaca pintu. Semakin jauh semakin melebar, seolah dia akan bisa tertahan dari rasa sakitnya itu, sampai tak terlihat lagi oleh tabir-tabir biru diruangan itu.

“Bertahanlah sayang… berjuanglah untuk kebahagian kita selanjutnya, doaku tak kan pernah henti untuk mu” lirih ku dalam hati.

Semua keluarga ku terdiam, hanya ada mertuku yang menepuk pundak ku.

“Mari kita berdoa bersama untuk yang terbaik bagi Amelia, istrimu dan juga anak ku dalam mempertahankan buah hatinya”.
***

Betapa hati ku tak menentu saat operasi berlangsung, coba ku tenangkan hati ku dengan sholat dan berdoa untuk keselamatan istriku. Setelah itu, ku ambil kotak kecil yang diberikan istriku itu, aku buka perlahan, ternyata sebuah catatan harian istriku.

Ku tarik nafas panjang, ku hembuskan perlahan, menenangkan diri sebelum aku membacanya, lalu ku buka lebaran pertama, ku lihat tulisan-tulisan tangan istriku. Yaach.. aku kenal betul dengan tulisan tangannya.

Dear My Husband
Ayah… maaf jika Bunda harus diam dan tidak mengatakan sedikitpun tentang kondisi Bunda yang sebenarnya, Ayah tau…??? Bunda sangat merasa bahagia ketika dokter mengatakan kalau Bunda positif hamil, sebuah kebahagian yang selama 5 tahun kita tunggu bersama. Bunda merasa itu adalah hadiah terindah untuk Ayah yang akan Bunda berikan. Betapa Bunda sudah mengkhayalkan bagaimana nanti kita menjadi Ayah & Bunda untuk sang buah hati kita yang akan lahir ini. Bunda akan menjadi ibu yang setiap hari harus mengurus anak sebelum berangkat kerja, dan Ayah akan menjadi ayah yang harus bekerja lebih giat lagi untuk kebutuhan keluarga. Bunda sudah sangat yakin, kebahagian kita tak akan pernah berakhir setelah buah hati kita datang mengisi hari-hari kita yang sepi selama ini.
Saat usia kehamilan Bunda berjalan 2 bulan, Bunda selalu mengeluh sakit dibagian perut, tapi Bunda mengganggap semua itu hanya efek dari kecape’an saja, sampai akhirnya Bunda harus ke dokter memeriksakan kondisi kesehatan Bunda dan kehamilan Bunda. memang Bunda tidak pernah menceritakan sakit yang Bunda rasa selama ini pada Ayah, karna Bunda tidak ingin membuat Ayah susah dan tidak tenang bekerja disana.
Hasil pemeriksaan itu, dokter mengatakan ada kelainan dari kehamilan Bunda ini, sesuatu yang sangat membahayakan Bunda, jika Bunda harus mempertahankannya. Betapa Bunda sangat kaget dengan hasil itu, dokter menyarankan Bunda harus membuang janin dirahim Bunda ini secepat mungkin, agar Bunda bisa selamat dan tidak mengeluh kesakitan lagi.
Sungguh itu adalah pilihan yang sulit, tidak mungkin Bunda harus membunuh anak yang sangat kita inginkan ini, Bunda tidak mungkin bisa mengecewakan Ayah karna gagal memberikan keturunan. Bunda sudah sangat bisa merasakan kebahagian yang Ayah rasa saat tau Bunda hamil.
Ayah… maafkan Bunda yang telah memberikan keputusan sendiri kepada dokter tanpa harus mengatakan dan mendengar keputusan Ayah juga, Bunda hanya ingin Ayah mendapat kebahagian dari Bunda yang selama ini tidak pernah Bunda berikan.
Bunda memutuskan melanjutkan perkembangan janin ini sampai dia benar-benar hadir untuk Ayah. Bunda berjanji akan bertahan sekuat tenaga Bunda demi Ayah…..
Dokter mengatakan Bunda harus berdiskusi dulu dengan Ayah, tapi Bunda memilih diam dan meminta dokter untuk merahasiakannya pada Ayah. Maaf jika Bunda selalu mengelak jika Ayah ajak kedokter bersama, Bunda hanya tidak ingin Ayah tau semua ini.

Usia kehamilan Bunda sekarang sudah 5 bulan, sedangkan kata dokter mungkin bunda hanya bisa bertahan sampai 7 bulan saja, berarti sisa waktu Bunda tinggal 2 bulan lagi bisa bersama Ayah. Itu hanya dugaan dari dokter saja, karna Bunda percaya Allah lah yang berhak menentukan hidup dan mati kita.
Malam ini… Ayah tertidur pulas disamping bunda, terlihat raut wajah tak sabar ayah menanti kehadiran buah hati kita. Apakah ayah tau..?? bunda sangat merasa takut malam ini, bunda takut bunda tidak bisa membelai rambut ayah disaat ayah tertidur, tidak bisa membuat sarapan disaat bangun pagi dan tidak bisa merasakan kecupan dikening bunda ini saat ayah akan kembali ke tempat kerja ayah lagi.
Bunda benar-benar takut harus pergi secepat ini dari sisi ayah, walaupun bunda sering ditinggal sendirian karna pekerjaan ayah diluar kota, tapi bunda bisa merasakan kasih sayang ayah selalu mengalir disisi-sisi gerakan bunda. Perhatian ayah yang tak pernah berhenti meski yang terdengar hanya suara ayah saja, akan tetapi semua itu mampu membuat bunda bertahan hingga saat ini.
Selamat malam ayah… tidurlah dengan nyenyak bersama mimpi-mimpi indah, lepaskan penat mu hari ini… karna besok ayah akan pulang keluar kota lagi.

Hari ini suami ku pergi lagi…
Selamat jalan sayang… semoga sampai tujuan dengan selamat, dan cepat kembali untuk ku.
Itulah ucapan yang selalu bunda haturkan saat ayah harus pergi meninggalkan bunda karena pekerjaan. Hari ini benar-benar hari yang berat bagi bunda, apakah ayah bisa merasakan genggaman tangan bunda yang tidak seperti biasanya itu? Sesungguhnya dihati bunda berkata, ayah jangan pergi…. Tetaplah disisi bunda untuk waktu yang singkat ini, bunda hanya ingin menjalankan kewajiban sebagai istri yang baik dan benar, biarkan bunda mengumpulkan amal-amal atas kebaktian bunda pada ayah dengan waktu yang tersisa ini.
Hanya senyum yang bisa bunda berikan disaat ayah melangkahkan kaki semakin jauh dari pintu rumah kita. Tidak mungkin kata-kata yang ada dihati bunda terucap, karna itu hanya akan menimbulkan pertanyaan dan alasan mengapa bunda harus meminta hal aneh seperti itu.
Ayah…. Mungkin hari inilah terakhir aku bisa memelukmu, mengusap wajah mu dengan manja, tiada waktu lagi untuk ku bisa melewati detik berlalu bersamamu.

Ya Allah…
Biarlah jantungku tetap berdetak, setidaknya sampai aku bisa membuat suamiku bahagia.
Hanya itulah pinta bunda dalam sholat malam, karna bunda hanya ingin ayah mendapatkan sesuatu yang ayah inginkan itu. Bunda berusaha menahan rasa sakit ini, walau kadang sampai membuat seluruh badan bunda lemah. Demi anak kita, bunda ikhlas melalui ini semua, mungkin inilah perjuangan seorang ibu untuk anak yang benar-benar dia inginkan.
Tepat bulan ini, usia kehamilan bunda 7 bulan, sekarang sudah terasa sangat aneh, bunda sudah mulai cepat lelah, pucat dan sakit yang luar biasa dibagian perut ini. Bunda coba bertahan dengan obat-obat dokter, tapi hasilnya seperti sudah tidak bereaksi lagi. Mungkin sang buah hati kita sudah ingin melihat matahari dan bulan. Bunda benar-benar sudah tidak kuat sekarang. Semoga masih ada waktu bunda untuk bertemu ayah walau hanya beberapa detik.
Sayang… betapa kau adalah anugrah terindah dalam hidupku, tidak pernah sedikitpun aku menyesali menikah dengan mu. Kau adalah seorang suami yang bertanggung jawab dan penuh kasih sayang, terima kasih atas semua yang telah engkau berikan untuk ku selama ini.
Jagalah buah hati kita, ajari dia tentang pengetahuan dunia dan juga akhirat, ajari dia sholat dan membaca al-Quran, agar kelak dia bisa mengirim doa-doa untuk bundanya ini.
Maaf… jika bunda harus pergi secepat ini,
Maaf… jika bunda ingkari janji kita, untuk mengurus buah hati kita bersama-sama,
Maaf… jika bunda tak sempat, melihat wajah buah hati kita.
Ikhlaskanlah semua yang terjadi ini, mungkin ini cara Allah untuk mengajari kita arti cinta yang tulus, sesungguhnya cinta sejati itu penuh dengan pengorbanan. Dan apa yang bunda lakukan sekarang adalah bukti cinta bunda pada ayah.
I Love U… My Husband,
Jaga dirimu dan anak kita baik-baik, Aku akan selalu ada disisimu meski tak terlihat lagi.
From… istri tercinta mu, Amelia Adelia Saputri.
***
“Maaf… dimana suami nyonya Amelia..?? terdengar suara dokter dari arah ruangan operasi itu, lalu segera ku hampiri untuk bertanya keadaan istri ku.

“Saya dok,, !! bagaimana keadaan istri saya..?? dia baik-baik saja kan dok..?? dia bisa diselamatkan kan..??” ucapku tergesa-gesa pada dokter muda itu.

“Selamat Pak Irwan,, anak anda dapat kami selamatkan, kondisinya sehat hanya perlu perawatan khusus, karna belum mencapai bulannya, tapi…..” tiba-tiba ucapan dokter itu terhenti, jabat tangannya berpindah kebahu ku.

“Maaf Pak…. Kami tidak bisa menyelamatkan istri anda, karna kondisinya yang lemah dan pendarahan yang luar biasa, maafkan kami…..”

Seketika tenaga ku hilang begitu saja, kedua kaki ku tak mampu menahan tubuhku untuk tetap berdiri, hingga aku harus tersimpuh, menangis, mengenang masa lalu yang indah yang telah kami lalui bersama. Benar-benar aku merasa sangat shock mendengarnya. Tapi… apa yang bisa ku lakukan.., semua ini tak mungkin bisa ku putar kembali. Hanya ikhlas yang bisa menenangkan hati ku.

***
Setelah tahlil berkumandang, proses pemakaman pun selesai. Semua pergi dan hanya aku yang tertinggal sendiri ditempat peristirahatan istriku itu. Setidaknya aku bisa menemani dia untuk yang terakhir kalinya.

“Sayang… istirahatlah disana dengan tenang, aku percaya bahwa Allah telah menyiapkan tempat indah di syurga untuk mu, jangan khawatirkan buah hati kita, aku akan menjaganya selama jiwa ini masih berada dijasadnya. Kau adalah istri terbaik, cinta terindah yang pernah ku rasakan, maafkan aku jika tidak mengerti ingin mu, maafkan aku yang selalu membuatmu merasa kesepian. Terima kasih telah memberiku hadiah terindah, buah hati yang gagah, meski harus membuatmu pergi meninggalkan aku sendirian. Aku akan tetap selalu merasakan belaian kasih sayang mu, manjamu, perhatian mu meski yang tertinggal hanya bayang-bayang mu. Selamanya aku akan mencintai mu,…. I Love U My Wife…”
 
Ku usap foto yang tertinggal di nisan itu, ku kecup senyum manisnya. Berharap dia bisa merasakan cinta ku walaupun kami sudah berada di dunia yang berbeda.
*****



By… Ayu Sulastri
Email: ayyu.astri@yahoo.com ( FB & YM )
Baca juga cerpen karya ku “Ketika Cinta Harus Pergi”.
Thanks buat friends yang uda baca, and buat Admin yang uda share cerpen ini. 

Ditulis Oleh : Unknown Hari: 9:54 AM Kategori:

0 comments: