Tak kuhiraukan lagi segala peluh yang membanjiri
tubuh ini,yang dibalut oleh rasa penasaran
yang membuatku serasa menderita oleh pengembaraanku sendiri
ntuk mencari tau ttentang apa
yang memaksaku berjalan-berjalan dan terus berjalan.
Tak lagi ku abaikan segala cemohan orang-orang
disekelilingku yang tersenyum manis
menertawai kebodohanku yang selama ini kuagungkan
dan selalu kusimpan dalam hati
yang kuharap kukan menemukannya walau
aku harus melintasi gunung terjal
dan mengarungi lautan menerobos hujan badai
walau sampai sekalipun wajahku mengerut
Bberlari mengejar waktu yang telah pergi
meninggalkan harapan yang
serasa dpat kuraih dan kugenggam
itulah aku hadir dalam derita waktu
yang membuat diriku selalu terkucil
dari garis kebahagiaan hidup ini
Namun semangat hatiku menjerat aku
untuk menjelajahi segala perasaanku
atas apa yang terjadi
senja berlalu menitip detikannya buatku,
aku tersenyum atas apa yang dititpkannya
Malam menyelimuti jiwaku yang beku oleh
tiupan angin malamnya yang membuat aku
kaku dalam kesendirianku.
Hingga ayam berkokok menyambut pagi hari
yang cerah walau kutahu keindahan pagi
akan membawaku kedalam
pengembaraanku ntuk menyisiri sisa-sisa pengembaraaku
terpukau hatiku bagaikan terbang bersama burung camar
yang melayang indah diangkasa saat kulihat ladang
hatimu yang indah oleh hiasan-hiasan hidup.
Bagaikan taman yang tertata rapi tanpa cela dan salah
segalanay tampak indah tiada kata yang cocok
untuk mengutarakannya
aku melangkah mendekatinya dengan rasa bergelora
dengan semangat yang menggema
Sejenak langkahku terhenti didepan pintu pagar hatimu
yang engkau tutup dengan bunga-bunga berduri
yang akan menyakiti hati ini seandainya
tersentuh durinya
Ah......namun aku telah terperanjab kedalam harapan
yang menyala-nyala kutak peduliu lagi oleh durinya
aku terus mendekat dan menepis rasa sakit nantinya
Tangkai demi tangkai akhirnya kusisihkan walau
sesekali aku tersakiti terluka oleh durinya
namun aku berusaha bertahan demi hari-hari
yang telah kulalui.
Akhirnya langkahku terhenti dijantung ladang
hatimu.Sejenak aku terdiam merenung melihat pohon
kesombongan semak keangkuhan serta ranting-ranting
penghianatan serta tanah-tanah kecurangan
ingin rasanya aku pergi meninggalkan ladang
hatimu yang penuh dengan rasa sakit itu
Namun aku hidup dalam pengembaraanku sudah dimakan usia
yang semakin menua.
Aku akan berjuang untuk menjelajahi ladang hatimu
dan takkan pernah mundur barang sedetikpun
Kupungut kembali belahan-belahan jiwaku yang tadinya
telah berserakan ditanah kesombonganmu
kucabut pedang kasih sayangku yang selama ini
aku tata rapi dimangkok harapanku
kucoba menebas pohon kesombonganmu dengan belaian-
belaian mesra dengan setuhan-sentuhan salju jiwaku
dan membuang seluruh buah-buah kedengkianmu
satu-persatu akhinya pohonnya bertumbangan
dan buahnya bertaburan jatuh tergeletak
ditanah kesombonganmu
kubakar semak-semak penghianatanmu dengan semangat
dan senyuman merekahku kini tiada lagi
semak yang menyakitkan itu tinggal hanya
kepulan-kepulan asap kebahagiaan yang
membuatku tersenyum
Kutaburi kata-kata indah dalam tanah kesombonganmu
yang membuat kesombonganmu layu tak bergeming
aku pergi bergegas untuk menggapai rasa penasaranku
yang selama ini menyelimuti jiwaku
aku bangga dengan apa yang telah terjadi dengan apa
yang telah aku perjuangkan selama ini
Aku berjalan pergi meninggalkan ladang hatimu
menuju pintu jiwamu yang harapku kaukan
bukakan untukku
kembali langkahku dituntun oleh waktu untuk
menyelesaikan dilema hidupku
yang pada akhirnya segala penasaranku kini dibawa pada
kenyataan hidup yang harus aku terima-terima dan
harus diterima
Kini aku berhadapan pada sebuah makam yang ditaburi
dengan bunga-bunga indah dan titikan-titikan
air mata
yang diantara bunga dan titikan air mata itu
tergeletak sebuah surat yang berisikan
""BUATMU YANG SELAMA INI AKU SAKITI DIATAS
SEGALA PENASARANMU UNTUK MEMILIKIKU
ENGKAU BERJUANG-BERJUANG TANPA PEDULI
DENGAN CEMOHAN HINAAN DARI ORANG-ORANG
DISEKELILINGMU DAN WAKTU YANG TELAH BERANJAK
PERGI MENINGGALKANMU,ENGKAU TELAH
MEMILIKI PENASARANMU DAN MENGALAHKAN DERITA
HATIMU YANG SELAMA INI MEMBELENGGUMU
KARNA SELAYAKNYA ENGKAU DAN AKU TIDAK LAYAK UNTUK
DIPERSATUKAN.
SEBELUM AKU PERGI MENEMUINYA SEBELUM NAFAS DIAMBIL
DARIKU KUTULISKAN SURAT INI BUATMU""
Tiada lagi ladang hatinya tiada lagi pasungan
penasaranku kulalui sudah dengan rasa sedih
yang dibalut rasa bangga surat yang tertitip
untukku kubakar dengan kemenangan.
kutak ingin terulang kembali rasa penasaranku
selamat tinggal penasaranku selamat datang hari
pagiku kusambut engkau dengan senyumanku
ajari dan tuntunlah aku ntuk memulai menjalani
hidup ini didalam waktumu yang berharga itu.
disekelilingku yang tersenyum manis
menertawai kebodohanku yang selama ini kuagungkan
dan selalu kusimpan dalam hati
yang kuharap kukan menemukannya walau
aku harus melintasi gunung terjal
dan mengarungi lautan menerobos hujan badai
walau sampai sekalipun wajahku mengerut
Bberlari mengejar waktu yang telah pergi
meninggalkan harapan yang
serasa dpat kuraih dan kugenggam
itulah aku hadir dalam derita waktu
yang membuat diriku selalu terkucil
dari garis kebahagiaan hidup ini
Namun semangat hatiku menjerat aku
untuk menjelajahi segala perasaanku
atas apa yang terjadi
senja berlalu menitip detikannya buatku,
aku tersenyum atas apa yang dititpkannya
Malam menyelimuti jiwaku yang beku oleh
tiupan angin malamnya yang membuat aku
kaku dalam kesendirianku.
Hingga ayam berkokok menyambut pagi hari
yang cerah walau kutahu keindahan pagi
akan membawaku kedalam
pengembaraanku ntuk menyisiri sisa-sisa pengembaraaku
terpukau hatiku bagaikan terbang bersama burung camar
yang melayang indah diangkasa saat kulihat ladang
hatimu yang indah oleh hiasan-hiasan hidup.
Bagaikan taman yang tertata rapi tanpa cela dan salah
segalanay tampak indah tiada kata yang cocok
untuk mengutarakannya
aku melangkah mendekatinya dengan rasa bergelora
dengan semangat yang menggema
Sejenak langkahku terhenti didepan pintu pagar hatimu
yang engkau tutup dengan bunga-bunga berduri
yang akan menyakiti hati ini seandainya
tersentuh durinya
Ah......namun aku telah terperanjab kedalam harapan
yang menyala-nyala kutak peduliu lagi oleh durinya
aku terus mendekat dan menepis rasa sakit nantinya
Tangkai demi tangkai akhirnya kusisihkan walau
sesekali aku tersakiti terluka oleh durinya
namun aku berusaha bertahan demi hari-hari
yang telah kulalui.
Akhirnya langkahku terhenti dijantung ladang
hatimu.Sejenak aku terdiam merenung melihat pohon
kesombongan semak keangkuhan serta ranting-ranting
penghianatan serta tanah-tanah kecurangan
ingin rasanya aku pergi meninggalkan ladang
hatimu yang penuh dengan rasa sakit itu
Namun aku hidup dalam pengembaraanku sudah dimakan usia
yang semakin menua.
Aku akan berjuang untuk menjelajahi ladang hatimu
dan takkan pernah mundur barang sedetikpun
Kupungut kembali belahan-belahan jiwaku yang tadinya
telah berserakan ditanah kesombonganmu
kucabut pedang kasih sayangku yang selama ini
aku tata rapi dimangkok harapanku
kucoba menebas pohon kesombonganmu dengan belaian-
belaian mesra dengan setuhan-sentuhan salju jiwaku
dan membuang seluruh buah-buah kedengkianmu
satu-persatu akhinya pohonnya bertumbangan
dan buahnya bertaburan jatuh tergeletak
ditanah kesombonganmu
kubakar semak-semak penghianatanmu dengan semangat
dan senyuman merekahku kini tiada lagi
semak yang menyakitkan itu tinggal hanya
kepulan-kepulan asap kebahagiaan yang
membuatku tersenyum
Kutaburi kata-kata indah dalam tanah kesombonganmu
yang membuat kesombonganmu layu tak bergeming
aku pergi bergegas untuk menggapai rasa penasaranku
yang selama ini menyelimuti jiwaku
aku bangga dengan apa yang telah terjadi dengan apa
yang telah aku perjuangkan selama ini
Aku berjalan pergi meninggalkan ladang hatimu
menuju pintu jiwamu yang harapku kaukan
bukakan untukku
kembali langkahku dituntun oleh waktu untuk
menyelesaikan dilema hidupku
yang pada akhirnya segala penasaranku kini dibawa pada
kenyataan hidup yang harus aku terima-terima dan
harus diterima
Kini aku berhadapan pada sebuah makam yang ditaburi
dengan bunga-bunga indah dan titikan-titikan
air mata
yang diantara bunga dan titikan air mata itu
tergeletak sebuah surat yang berisikan
""BUATMU YANG SELAMA INI AKU SAKITI DIATAS
SEGALA PENASARANMU UNTUK MEMILIKIKU
ENGKAU BERJUANG-BERJUANG TANPA PEDULI
DENGAN CEMOHAN HINAAN DARI ORANG-ORANG
DISEKELILINGMU DAN WAKTU YANG TELAH BERANJAK
PERGI MENINGGALKANMU,ENGKAU TELAH
MEMILIKI PENASARANMU DAN MENGALAHKAN DERITA
HATIMU YANG SELAMA INI MEMBELENGGUMU
KARNA SELAYAKNYA ENGKAU DAN AKU TIDAK LAYAK UNTUK
DIPERSATUKAN.
SEBELUM AKU PERGI MENEMUINYA SEBELUM NAFAS DIAMBIL
DARIKU KUTULISKAN SURAT INI BUATMU""
Tiada lagi ladang hatinya tiada lagi pasungan
penasaranku kulalui sudah dengan rasa sedih
yang dibalut rasa bangga surat yang tertitip
untukku kubakar dengan kemenangan.
kutak ingin terulang kembali rasa penasaranku
selamat tinggal penasaranku selamat datang hari
pagiku kusambut engkau dengan senyumanku
ajari dan tuntunlah aku ntuk memulai menjalani
hidup ini didalam waktumu yang berharga itu.
0 comments:
Post a Comment