Pernahkah kita merenungkan keberadaan kita sebelum dilahirkan kedunia ini?,
Sadarkah bahwa kita diciptakan dari sebuah ketiadaan?
Pernah berfikirkah bahwa kita hidup di sebuah planet yang sangat berbahaya, karena setiap saat meteor-meteor yang beratnya berton-ton bergerak dengan lelusa yang bukan tidak mungkin untuk bergerak kearah bumi dan kemudian menabraknya?
Pernahkah kita merenung, bahwa kehidupan kita berlalu dengan sangat cepat dan mengalir begitu saja. Perubahan pada diri kita pun tak bisa dihindari. Kita akan menjadi tua renta dimakan usia, lambat laun kita akan kehilangan ketampaan, kecantikan, kesehatan dan kekuatan yang selama ini kadang dibangga-banggakan?
Pernahkah kita memikirkan bahwa setiap saat malaikat maut yang di utus Allah mungkin saja akan datang dan menjemput ajal kita untuk meninggalkan dunia ini? Jika demikian, pernahkan kita merenungkan kenapa manusia terlalu terbelenggu dengan kenikmatan dunia yang sebentar lagi juga mereka akan tinggalkan? Bukankah kematian adalah sebuah keniscayaan yang tidak mungkin dihindari bagi setiap manusia?
Pertanyaan-pertanyaan diatas, masih sering terabaikan, terlupakan dan terlalaikan. Merenung adalah kegiatan yang bisa dilakukan siapa dan kapan saja. Merenung mendalam tidak hanya bisa dilakukan oleh para pakar, ilmuwan, professor. Tapi bahkan bisa dilakukan oleh setiap orang yang berakal sehat. Karena itu, Islam mewajibkan untuk merenung, berfikir kepada setiap muslim. Sebab bila kita tidak mendayagunakan pikiran kita dengan hal-hal yang baik dan positif, pasti akal pikiran akan dipenuhi hal-hal yang buruk dan destruktif.
Sering kita tidak sadar, bahwa kita diciptakan sebagai manusia yang memiliki kemampuan berfikir yang luar biasa. Fakta-fakta yang mesterius lambat-laun akan terus terungkap dengan perenungan yang mendalam. Tapi sayang, masih banyak individu yang tidak mengunakan sarana akal pikirannya sebagai pengungkap pelbagai fenomena keajaiban alam ini.
Keniscayaan untuk merenung harus disadari, manusia harus mendayagunakan akal sebagai kebutuhan untuk berfikir, berimajinasi dan merenung semaksimal mungkin. Semakin dalam kita berfikir, maka kian bertambah kemampuan daya imajinasi kita untuk menemukan hal-hal yang inovatif-kreatif.
Kenyataan berfikir logis telah dilakoni oleh para ilmuwan sejak dahulu. Munculnya kecanggihan teknologi merupakan ejawantah dari perenungan yang panjang. Elaborasi para cendikiawan telah menciptakan peradaban yang lebih maju bagi umat manusia. Teori gaya gravitasi bumi garapan Isack Newton adalah bukti bahwa fenomena alam banyak menyimpan rahasia dan hikmah ilahi yang harus diketahui.
Jika demikian, maka hal yang paling esensial untuk menjadi obyek renungan adalah merenungkan secara mendalam tujuan dari penciptaan diri kita, paling tidak dari tiga persepektif ; dari mana asal kita? Mengapa kita ada? Dan kita mau kemana?. Setelah itu, baru merenungkan segala sesuatu yang biasa kita lihat di alam sekitar serta fenomena-fenomena yang kita jumpai selama hidup ini. Manusia yang tidak memikirkan hal ini, hanya akan menyesal di masa-masa mendatang.
Berfikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau pelajaran-pelajaran dari apa yang kita renungkan untuk memahami kebenaran, akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan manusia. Dari sini, maka Allah mewajibkan bagi manusia untuk memikirkan dan merenungkan penciptaan diri mereka dan penciptaan jagad alam raya.
Fiman Allah “dan mengapa mereka tidak memikirkan (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan diantara manusia benar-benar ingkar akan pertemuannya dengan tuhannya” (QS. ar-Ruum : 8). Begitulah sindiran alquran atas kelalaian manusia terhadap jati dirinya.
Allah juga telah menurunkan alquran sebagai mu’jizat agung bagi Nabi Muhammad saw. Alquran bukan hanya dianjurkan untuk dibaca tapi juga direnungi dan kemudian diamalkan. Allah berfirman ” ini adalah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan (merenungkan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran ” (QS. As-Shaad :29). Dari sini, manusia hendaknya sekuat tenaga untuk meningkatkan kemampuan dan kedalaman dalam berfikir.
Menghindari untuk berfikir dan merenungkan hal-hal diatas, hanya akan melemahkan kekuatan potensi akal dalam mempersepsi fenomena alam sekitar. Padahal, kelumpuhan akal sangat berbahaya bagi eksistensi manusia, karena mereka akan kesulitan membedakan hal yang benar dari yang salah. Mereka tidak mampu membangkitakan kesadarannya untuk memahami peristiwa-peristiwa yang luar biasa yang terjadi disekitarnya. Tradisi kelumpuhan akal akan menenggelamkan peradaban manusia, karena mereka terjerumus dalam kelalaian yang tak berujung.
Seni merenung telah digambarkan dalam alquran. Ayat-ayat alquran mengajak kita untuk berfantasi kedunia khayal yang positif. Ajakan untuk merenungi tentang penciptaan manusia dan alam semesta, kematian manusia, kenikmatan yang diberikan Allah kepada mahlukNya, keanehan-keanehan yang terjadi, melawan pengaruh syetan, adzab-adzab yang telah diturunkan Allah, berfikir tentang akhirat, hari kiamat dan hari penghabisan, dll. Semua ini, akan mengantarkan kita untuk meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan dan akan selalu mendekatkan diri kepadaNya.
Harun Yahya dalam karyanya “Deep Thinking” mengatakan ” seorang yang berfikir akan sangat faham akan rahasia rahasia ciptaan Allah, kebenaran tentang kehidupan didunia, kebenaran surga dan neraka, kebenaran hakiki dari segala sesuatu, ia akan sampai pada pemahaman yang mendalam akan pentingnya menjadi seseorang yang dicintai Allah, melaksanakan ajaran agama secara benar, menemukan sifat-sifat Allah disegala sesuatu yang ia lihat, dan mulai berfikir dengan cara yang tidak sama dengan kebanyakan manusia, namun sebagaimana yang Allah perintahkan”.
Akhirnya, aktivitas berfikir, merenung, berfantasi untuk meningkatkan ketajaman imajinasi harus tetap dipelihara dan ditingkatkan. Dengan demikian, kelumpuhan akal akan bisa dihindari, karena renungan yang mendalam yang dilakukan dalam kesadaran tinggi akan membuahkan sebuah pemikiran, gagasan-ide yang brilian. Wallahu a’lam
sumber
Sadarkah bahwa kita diciptakan dari sebuah ketiadaan?
Pernah berfikirkah bahwa kita hidup di sebuah planet yang sangat berbahaya, karena setiap saat meteor-meteor yang beratnya berton-ton bergerak dengan lelusa yang bukan tidak mungkin untuk bergerak kearah bumi dan kemudian menabraknya?
Pernahkah kita merenung, bahwa kehidupan kita berlalu dengan sangat cepat dan mengalir begitu saja. Perubahan pada diri kita pun tak bisa dihindari. Kita akan menjadi tua renta dimakan usia, lambat laun kita akan kehilangan ketampaan, kecantikan, kesehatan dan kekuatan yang selama ini kadang dibangga-banggakan?
Pernahkah kita memikirkan bahwa setiap saat malaikat maut yang di utus Allah mungkin saja akan datang dan menjemput ajal kita untuk meninggalkan dunia ini? Jika demikian, pernahkan kita merenungkan kenapa manusia terlalu terbelenggu dengan kenikmatan dunia yang sebentar lagi juga mereka akan tinggalkan? Bukankah kematian adalah sebuah keniscayaan yang tidak mungkin dihindari bagi setiap manusia?
Pertanyaan-pertanyaan diatas, masih sering terabaikan, terlupakan dan terlalaikan. Merenung adalah kegiatan yang bisa dilakukan siapa dan kapan saja. Merenung mendalam tidak hanya bisa dilakukan oleh para pakar, ilmuwan, professor. Tapi bahkan bisa dilakukan oleh setiap orang yang berakal sehat. Karena itu, Islam mewajibkan untuk merenung, berfikir kepada setiap muslim. Sebab bila kita tidak mendayagunakan pikiran kita dengan hal-hal yang baik dan positif, pasti akal pikiran akan dipenuhi hal-hal yang buruk dan destruktif.
Sering kita tidak sadar, bahwa kita diciptakan sebagai manusia yang memiliki kemampuan berfikir yang luar biasa. Fakta-fakta yang mesterius lambat-laun akan terus terungkap dengan perenungan yang mendalam. Tapi sayang, masih banyak individu yang tidak mengunakan sarana akal pikirannya sebagai pengungkap pelbagai fenomena keajaiban alam ini.
Keniscayaan untuk merenung harus disadari, manusia harus mendayagunakan akal sebagai kebutuhan untuk berfikir, berimajinasi dan merenung semaksimal mungkin. Semakin dalam kita berfikir, maka kian bertambah kemampuan daya imajinasi kita untuk menemukan hal-hal yang inovatif-kreatif.
Kenyataan berfikir logis telah dilakoni oleh para ilmuwan sejak dahulu. Munculnya kecanggihan teknologi merupakan ejawantah dari perenungan yang panjang. Elaborasi para cendikiawan telah menciptakan peradaban yang lebih maju bagi umat manusia. Teori gaya gravitasi bumi garapan Isack Newton adalah bukti bahwa fenomena alam banyak menyimpan rahasia dan hikmah ilahi yang harus diketahui.
Jika demikian, maka hal yang paling esensial untuk menjadi obyek renungan adalah merenungkan secara mendalam tujuan dari penciptaan diri kita, paling tidak dari tiga persepektif ; dari mana asal kita? Mengapa kita ada? Dan kita mau kemana?. Setelah itu, baru merenungkan segala sesuatu yang biasa kita lihat di alam sekitar serta fenomena-fenomena yang kita jumpai selama hidup ini. Manusia yang tidak memikirkan hal ini, hanya akan menyesal di masa-masa mendatang.
Berfikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau pelajaran-pelajaran dari apa yang kita renungkan untuk memahami kebenaran, akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan manusia. Dari sini, maka Allah mewajibkan bagi manusia untuk memikirkan dan merenungkan penciptaan diri mereka dan penciptaan jagad alam raya.
Fiman Allah “dan mengapa mereka tidak memikirkan (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan diantara manusia benar-benar ingkar akan pertemuannya dengan tuhannya” (QS. ar-Ruum : 8). Begitulah sindiran alquran atas kelalaian manusia terhadap jati dirinya.
Allah juga telah menurunkan alquran sebagai mu’jizat agung bagi Nabi Muhammad saw. Alquran bukan hanya dianjurkan untuk dibaca tapi juga direnungi dan kemudian diamalkan. Allah berfirman ” ini adalah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan (merenungkan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran ” (QS. As-Shaad :29). Dari sini, manusia hendaknya sekuat tenaga untuk meningkatkan kemampuan dan kedalaman dalam berfikir.
Menghindari untuk berfikir dan merenungkan hal-hal diatas, hanya akan melemahkan kekuatan potensi akal dalam mempersepsi fenomena alam sekitar. Padahal, kelumpuhan akal sangat berbahaya bagi eksistensi manusia, karena mereka akan kesulitan membedakan hal yang benar dari yang salah. Mereka tidak mampu membangkitakan kesadarannya untuk memahami peristiwa-peristiwa yang luar biasa yang terjadi disekitarnya. Tradisi kelumpuhan akal akan menenggelamkan peradaban manusia, karena mereka terjerumus dalam kelalaian yang tak berujung.
Seni merenung telah digambarkan dalam alquran. Ayat-ayat alquran mengajak kita untuk berfantasi kedunia khayal yang positif. Ajakan untuk merenungi tentang penciptaan manusia dan alam semesta, kematian manusia, kenikmatan yang diberikan Allah kepada mahlukNya, keanehan-keanehan yang terjadi, melawan pengaruh syetan, adzab-adzab yang telah diturunkan Allah, berfikir tentang akhirat, hari kiamat dan hari penghabisan, dll. Semua ini, akan mengantarkan kita untuk meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan dan akan selalu mendekatkan diri kepadaNya.
Harun Yahya dalam karyanya “Deep Thinking” mengatakan ” seorang yang berfikir akan sangat faham akan rahasia rahasia ciptaan Allah, kebenaran tentang kehidupan didunia, kebenaran surga dan neraka, kebenaran hakiki dari segala sesuatu, ia akan sampai pada pemahaman yang mendalam akan pentingnya menjadi seseorang yang dicintai Allah, melaksanakan ajaran agama secara benar, menemukan sifat-sifat Allah disegala sesuatu yang ia lihat, dan mulai berfikir dengan cara yang tidak sama dengan kebanyakan manusia, namun sebagaimana yang Allah perintahkan”.
Akhirnya, aktivitas berfikir, merenung, berfantasi untuk meningkatkan ketajaman imajinasi harus tetap dipelihara dan ditingkatkan. Dengan demikian, kelumpuhan akal akan bisa dihindari, karena renungan yang mendalam yang dilakukan dalam kesadaran tinggi akan membuahkan sebuah pemikiran, gagasan-ide yang brilian. Wallahu a’lam
sumber
0 comments:
Post a Comment