Cerpen Cinta - Sahabat dan Cinta Tak Terungkap



Karya Shofyan Amri
Khayalnya siang itu melesat menjauh melewati ribuan kilometer jalur kehidupan, menembus terik mentari yang seakan membakar apapun yang ada dihadapannya, tanpa mempedulikan siapa dan apa itu, hanya menerjang tanpa ampun. Ia teringat akan seorang gadis yang mampu meluluhkan hatinya dikampus tadi. Hingga akhirnya seseorang disudut pintu menyapanya penuh manja.
“hai dit, lagi ngapain kamu..??” sapanya
“eh dina, gak ada ni din, cuma duduk aja, tumben jam segini datang kerumah.” Jawabnya penuh tanya, jam menunjukkan pukul 3 sore kala itu.
“gak boleh ya aku datang jam segini..??, yaudah deh aku pulang aja,,” beranjak keluar rumah dengan wajah cemberut.
”eh..eh tunggu dulu din aku cuma bercanda kok, malah di seriusin,”
“hehehe, aku cuma ngetes kamu aja kok dit, lagian kamunya ketus amat, mikirin apaan sih..?? dina memburu adit dengan tanyanya.
“gak ada apa-apa sih, aku cuma teringat sama seorang gadis dikampus tadi din, barangkali kamu mengenalnya..??” tanya adit kepada dina.
“gak!! Aku gak kenal!!..” hardiknya sambil keluar kamar dan membanting pintu sekeras-kerasnya.
Adit heran dengan kejadian itu, kenapa dina sahabat terbaikku bisa berubah 180o dari sifat aslinya yang ceplas-ceplos dan riang, hah sudahlah, mungkin dia sedang bad-mood.
Dari kejauhan terlihat seorang gadis berjalan meliak-liuk menuju kelas, wajahnya yang putih bersih menghipnotis adit yang sedari tadi bercanda dengan teman-temannya. Ya itulah ayu, gadis yang telah membuat adit tergila-gila akan pesonanya.
“subhanallah, cantiknya” gumamnya dalam hati

Tiba-tiba seseorang menepuk pundak adit dengan lembut, dan ternyata itu dina.
“adit..,, maafin aku atas kejadian kemarin ya, aku terlalu sensitif waktu itu..” maafnya kepadaku.
“gak apa-apa kok din, gak ada yang perlu dimaafin juga kok..” jawabku singkat
Mata adit tak pernah lepas dari ayu yang sedari tadi diliriknya, dina melihat kejadian itu dan berlalu pergi dengan wajah penuh kecewa, tanpa disadari oleh adit.

Akhirnya dengan modal secuil keberanian dan sebongkah kenekatan, adit mendekati ayu dan menyapanya penuh rasa yang berbeda.
“hai ayu, sendirian aja ni??” sapa adit penuh percaya diri.
“hai juga adit, iya ni teman-teman pada pergi gak tau kemana,..” jawabnya singkat
“emang kamu mau kemana, yu..” adit melanjutkan tanyanya.
“ayu mau kekantin ni dit, adit mau temanin ayu kekantin gak..?” pinta ayu dengan wajah sedikit memelas.
“dengan senang hati, yu.., adit pasti mau kok” terang adit.
Akhirnya bak keruntuhan durian, adit mendapatkan kesempatan pertamanya untuk berduaan dengan ayu kala itu, sesuatu yang sangat diimpikannya selama ini dan sekarang benar-benar menjadi nyata. Dan dari pertemuan itulah adit dan ayu sering jalan berdua. Dan ia menceritakan hal itu kepada sahabatnya dina, mendengar cerita adit, dina hanya tersenyum kecil.

Sebulan berlalu, akhirnya adit dan ayu pun resmi manjadi sepasang kekasih, kekasih yang sangat ia cintai lebih dari apapun. namun sejak saat itu pula dina tak pernah terlihat lagi di kampus, ia mengilang bak ditelan bumi yang tenang dan menyimpan misteri ini, hati adit selalu bertanya-tenya tentang keberadaan dina, dan selalu tak menemukan jawaban yang pasti. Sampai pada suatu hari dengan perasaan yang sangat gundah gulana, adit pun bergegas kegarasi rumah untuk mengambil motornya dan berlalu pergi meninggalkan garasi dengan pintunya yang terbuka dengan senyuman. Ia menuju kerumah dina sahabatnya yang telah menghilang darinya belakangan ini. Setibanya dirumah dina….
“assalamualaikum,..” seru adit.
“walaikumsalam” jawab seorang wanita tua membukakan pintu dengan berjalan gontai dan mata memerah, sepertinya baru saja menagis.
“maaf bu, dina-nya ada..?” tanya adit pada ibu tua itu, yang tak lain adalah ibu dina.
“masuk dulu nak adit..” pintanya tanpa menjawab tanya.

Ia mempersilahkan adit memasuki rumahnya yang selintas terlihat kecil, namun bersih dan asri itu, fantasi kedamaian begitu terasa didalamnya, sampai-sampai aku tak sadar bahwa ibunya memperhatikan aku sejak tadi.
“nak adit mencari dina ya..?” tanya ibu tua itu dengan wajah iba.
“iya bu, sudah beberapa hari ini ia tidak pernah lagi saya jumpai di kampus,..” jelasnya kepada ibu tua itu.

Tiba-tiba saja tangis pecah dari kedua bola mata ibu tua itu, adit hanya termangu dan kebingungan menyaksikan kejadian itu.
‘ada apa sebenarnya ini??’ tanya adit dalam hati.

Lalu ibu dina pun memulai bicaranya, dengan sedu sedan menahan tangis, ia bercerita..
“maafkan segala kesalahan-kesalahan dina semasa dia bersama nak adit ya…” kata ibu tua itu.
“sebenarnya ada apa ini bu..??” kata adit penuh tanya.
“dua hari yang lalu dina telah mendahului kita semua menghadap Ilahi, nak adit. Selama ini dina mungkin telah menyembunyikan penyakitnya dari nak adit, karena ia merasa ia tidak mau dikasihani oleh orang lain.” Jelas ibu tua itu dengan tangis yang makin menjadi-jadi.

Adit terkulai lemas mendengar penjelasan itu, bagaikan petir yang menyambar ulu hatinya, tak tertahankan lagi betapa pedih hatinya kala itu, air hangat dari matanya pun perlahan menetes melintasi dataran wajahnya. Tak tau lagi ia harus berkata apa.
“oh ya nak adit, sebelum dina pergi, ia sempat menuliskan sebuah surat ini untuk nak adit, ia berharap sekali nak adit membacanya..” kata ibu tua itu sembari menyerahkan sepucuk surat berwarna merah muda dengan gambar hati ditengahnya.
Adit membaca surat itu…
Maafkan aku yang tak pernah memberitahu kamu tentang penyakitku ini, aku tidak mau kamu mengasihani aku, adit. Aku ingin menjadi orang yang kuat menghadapi segala cobaan ini. Satu hal yang perlu kamu tahu adit, bahwa aku mencintaimu lebih dari seorang sahabat, aku mencintaimu adit, namun aku tak berani menyampaikan ini kepadamu, karena aku tau kamu mencintai ayu, aku selalu memperhatikan kamu selama ini adit……
Tak terasa surat itu sudah basah ditimpa air mata adit, sehingga sebagian kata pada kalimat lanjutannya terlihat kabur..

Aku ingin sekali menjadi jarimu dikala kamu ingin meraih sesuatu, aku ingin menjadi kakimu dikala kamu akan melangkah, menjadi mata yang bisa mengarahkanmu, menjadi tanganmu untuk menggapai impian nyata, menjadi bibir yang selalu kamu gunakan untuk kata-kata indah penuh cinta, dan aku ingin sekali menjadi hatimu yang selalu bersemayam cinta tulus didalamnya, namun apa daya, aku tak akan bisa meraih itu, dan aku pun tak ingin menjadi angin yang menggugurkan daun dari pohonnya dan membawanya pergi tanpa cinta yang pasti, adit. Karena aku telah pergi jauh dari kamu, lihatlah bulan malam ini jika kamu merindukan aku, aku ada disana dan selalu tersenyum untukmu adit. maafkan aku adit… aku cinta kamu adit.. selamat tinggal sahabatku tersayang….
“andai saja aku tau bahwa kamu mencintai aku dina, takkan aku menyakiti hatimu dengan menjadikan ayu sebagai kekasih hatiku, maafkan aku juga yang tak pernah bisa membaca cinta pada dirimu selama ini dina,,..” ucap adit lirih sembari menjatuhkan diri terkulai tak berdaya dan memeluk surat itu..
Begitulah cinta, tak pernah ada yang tau, tak pernah bisa ditebak seperti apa, ia datang tak berwujud namun langsung bermukim didalam hati….
-TAMAT-

Dumai, 24 Juni 2012

PROFIL PENULIS
Nama: Shofyan Amri
TTL: Dumai, 8 september 1992
fb: Shofyan Amri

Ditulis Oleh : Unknown Hari: 11:06 AM Kategori:

0 comments: