Hari
itu,aku & ketiga sahabatku, Niko,tomi,& Rista sedang membahas
tugas kelompok di sebuah perpustakaan tua yang tidak jauh dari sekolah
kami. Kami memang sering mengunjungi perpustakaan itu untuk mengerjakan
tugas,,atau Cuma sekedar bersantai sambil membaca buku. Kami suka dengan
suasana sepi tempat itu. Di situ terdapat puluhan rak buku yang berisi
jutaan koleksi buku dari tahun 1836 sejak perpustakaan dibangun sampai
sekarang. Sayang ,..sumber ilmu dan sejarah itu kurang terawat.
Semua
itu bermula saat aku menemukan sebuah peti kecil yang terselip antara
susunan buku yang berdebu. Kami membukanya & mendapati sebuah buku
dan pena tua. Aku membuka buku itu & tampak olehku,,lembaran kertas
yang dulunya putih dan kini telah usang.
Halaman pertama tertulis:
“Yogjakarta,5 April 1839,
Ini
dalah lembaran baru dari kisahku. Ketiga musuhku kini jadi
sahabatku.Aku tak ingin mereka meninggalkanku. Jika itu terjadi, apapun
akan kulakukan biarpun itu adalah mati.”
Halaman demi halaman kami baca,,dan entah pada halaman berapa kami menemukan tulisan:
“Yogjakarta,13 Oktober 1839
Dear
diary…hari ini mereka mulai menjauhiku.Mereka takut denganku…Mereka
ingkar janji…Sebelum takdir menjemputku…akan kubawa mereka satu
persatu…& tak akan kukembalikan.”
‘Mungkinkah
itu artinya si penulis akan membawa teman-temannya mati seperti
kata-kata di depan...?’…itulah tanyaku dalam hati. Kamipun menutup buku
itu dan memusatkan pandangan pada sebuah pena yang masih berada pada
tempatnya. Kami sangat yakin bahwa itu adalah pena yang digunakan untuk
mengisi lembar harian ini. Di badan pena terukir sebuah nama seorang
perempuan “Sarah Angel”.
Yaa………!!! Itulah namanya. Mungkin ialah pemilik benda ini.
“Eh……! Sudahlah………kembalikan ke tempatnya….! Ini kan bukan punya kita…………!!”,kata Tomy. kamipun mengembalikannya ke tempat semula & melanjutkan tugas kami.
Sesampai di rumah, aku masih penasaran ingin mengetahui apa maksud dari semua itu. Hari
berikutnya aku kembali ke perpustakaan untuk mengambil peti itu tanpa
sepengetahuan mereka, aku menyimpannya di laci kamarku. Akupun ikut
menggoreskan tinta pada halaman berikutnya pada malam hari. Pagi
harinya,aku buka lembaran yang ku tulis semalam. Aku
tercengang………!!!!!!!! Pada bagian bawah halaman yang ku tulis terdapat
satu paragraph goresan tinta yang aku tak merasa telah menulisnya.
Di situ tertulis:
“ Yogjakarta, 13 oktober 2009
Dear
diary….. Malam ini aku bangkit kembali. Aku bangkit di
tempat,waktu,dimensi & alam yang berbeda. Aku kembali untuk
membalaskan dendam anak manusia yang membangkitkanku.”
Aku
takut……….!!! Mungkinkah kisah terdahulu akan terulang kembali mewarnai
kisahku……?? Aku merasa sangat bersalah….!!! Sepulang sekolah ku
kembalikan peti itu ke perpustakaan. Sedikit rasa takut yang
membayang-bayang di dadakupun berkurang. Tapi suara dering hand phoneku
membunyarkan lamunku. Di seberang sana, Niko member kabar buruk yang
teranat buruk. Sahabatku, Rista meninggal di semak belukar belakang
rumahnya. Sendi-sendiku terasa lemas. Tak sepatah katapun sanggup
terucap. Aku tak menyangka Rista akan pergi secepat itu. Peluh mengucur
deras dari pelupuk mataku. Itu nyata…….!! Itu benar-benar terjadi…..!!!
Aku
ingat,,aku pernah di buat sakit hati oleh Rista. Ia menjiplak sebuah
karangan yang ingin ku sertakan pada aebuah perlombaan karya sastra. ‘Mungkin
ini adalah ulah arwah ‘Sarah Angel’ yang ingin membalaskan sakit hatiku
seperti halnya dengan kisahnya…??? Tiga hari setelah kepergian
Rista,,peti itu kembali kepadaku dengan sendirinya. Aku panik…! Aku
takut jika Niko dan Tomy juga akan mengalami nasib yang sama dengan
Rista. Akhirnya aku memberanikan diri untuk menceritakan
semua yang terjadi pada Niko dan Tomy mulai kejadian dimana aku
mengambil peti itu,,mengisi halaman diarynya,,kematian Rista,,hingga
kembalinya peti itu padaku. Mereka menyalahkanku…! Aku sadar aku memang
salah.
“Hey….,apa kamu sudah membukanya…?”, Tanya Niko.
“Aku tak berani menyentuhnya...,apa lagi membukanya..!”,jawabku dengan bibir gemetaran.
“Bagus…!”, sahut tomy, “Ayo kita kembalikan…!”
“Tapi, aku takut benda maut itu akan kambali & membunuh salah satu,atau mungkin kita bertiga…!”
“Tidak
akan….!” tegas Tomy, “Itu tidak akan terjadi. Kita adalah manusia yang
berbudi. Tentang kematian Rista , itu adalah sebuah takdir tuhan yang
harus ia terima…!”
Akupun
mengembalikan peti itu ke tempat di mana aku menemukannya & di
dalam hati aku sangat berharap benda maut itu tak datang lagi padaku.
Tapi,kenyataan berkata lain.
***
Aku
melihat seorang anak perempuan. Mungkin usianya sebaya denganku. Aku
mendapatinya sedang mencabik-cabik isi perut seorang anak perempuan dan
dua anak laki-laki. Ia terlihat begitu nyata. Ia berada tepat di
depanku. Seluruh isi perutnya dilemparkan kepada seekor anjing. Seekor
anjing hitam yang datang dari satu sisi gelap…sungguh amat gelap.ia
datang dengan lidah terjulur-julur. Dengan sekejap, benda yang tak wajar
untuk dimakan itu pun masuk kedalam perut lapar si anjing.
Kini,
ia berdiri…! Aku dapat merasakan jantungku berdebar-debar,
memukul-mukul rongga dadaku seolah ingin keluar dan lari meninggalkanku.
Ia menghampiriku dengan wajah pucat pasi,mata merah melotot penuh
amarah. Sekarang ia menjulurkan tangannya. Aku merasakan sesuatu yang
dingin dan beraroma darah menekan leherku.
Ia
mencekikku…! Sendi-sendiku terasa kaku seperti mayat hidup. Aku tak
bisa bergerak. Saat aku menengok ke bawah aku melihat ke 3 mayat itu
hidup kembali & mencengkeram kuat kakiku. Aku berusaha
berlari,,,berlari,, dan terus berlari. Cengkraman mereka seolah terlepas
dan membiarkan kakiku melaju. Entah tempat apa
ini,,tiba-tiba aku sudah tenggelam di dasar kolam,,tapi masih bisa
bernapas. Air kolam terasa amis…yaa…aku dapat merasakan ini adalah amis
darah. Tubuhkupun mulai terangkat ke permukaan. Aku merasakan kakiku
dapat berpijak dan berjalan di permukaan air. “aneh…!!”,pikriku. Dengan
pikiran kalap,,tak ku pedulikan keanehan-keanehan ini. Akupun berlari
dan terus berlari mencari jalan keluar dari semua keanehan ini.
Aku
terbangun dengan keringat dingin mengucur deras dari pelipisku.
Ternyata hanya mimpi. Aku bersyukur kejadaian yang terasa nyata ini
hanya sekedar mimpi buruk yang teramat buruk. Setidaknya itu tidak
nyata.
Aku menengok ke sebuah tempat di mana aku biasa menyimpan peti itu.
“Syukurlah…!
Benda maut itu tak kembali…!” gumamku. Mataku beralih melirik jam
dinding yang terpampang di satu sisi dinding kamarku.
“Oh…15
menit lagi bel sekolahku berbunyi. Aku tak boleh terlambat.” Akupun
segera bersiap ke sekolah. Aku berlari sekencang-nya. Di depan,ku lihat
pintu gerbang masih terbuka. Sesampaiku di dalam kelas, aku membuka tas
untuk mempersiapkan pelajaran pertama hari ini. Tapi yang kudapati
adalah peti yang berisi benda maut.
Keringat
dingin mengucur di keningku. Pelajaran hari ini tak ku hiraukan sama
sekali. Aku terus saja memikirkan nasib kedua sahabatku.
Tak
lama kemudian terdengar teriakan “Mayat…mayat…mayat…!!!” itulah suara
yang terdengar olehku. Akupun berlari menuju sumber suara. Ternyata
suara itu berasal dari arah kamar mandi. Aku menerobos gerombolan
manusia yang juga ingin mengetahui mayat siapa yang di temukan di kamar
mandi. Terlihat oleh mataku,Niko tergeletak bermandikan darah segar yang
mengucur dari lehernya. Sebuah benda yang tak asing olehku…,pena maut
itu lah yang menembus leher dan membunuh Niko. Ya……itu adalah pena yang
ada dalam peti itu. Aku berlari kembali ke ruang kelas untuk memastikan
pena itu masih ada pada tempatnya. Ternyata,pena itu telah raib. Aku
menangis sejadi-jadinya,merasa bersalah atas kematian kedua sahabatku.
Air mataku masih saja mengucur. Tapi, ku beranikan diri untuk membuka
buku harian itu. Aku menemukan sebuah tulisan yang mungkin benar-benar
di tulis oleh arwah ‘Sarah Angel’. Tapi,kali ini tinta merahlah yang
tergores.
“Yogjakarta,20 Oktober 2009,
Dear
diary……Ini adalah kali kedua dan terakhir kalinya aku membalaskan sakit
hati anak manusia yang tersakiti.berikutnya akan ku tuntun dia
melakukannya dengan tangannya sendiri. Melakukan hal yang sama
denganku.”
Dadaku
terasa sesak setelah membaca tulisan itu. batinku berusaha meyakinkan
fikiranku seolah tak terjadi apa-apa. Aku yakin makhluk yang telah
membunuh kedua sahabatku itu tak akan mampu membuatku melakukannya.
Beberapa
minggu kehidupanku terasa normal,,bersama sahabatku tomy dan tanpa
kedua sahabatku Rista & Nico. Kami berdua berusaha mengubur
bayang-bayang kedua sahabatku,,meskipun itu sungguh mustahil dilakukan.
Sebulan,,dua
buan,,tiga bulan,,….masih terasa normal. Aku terus berharap agar hidup
kami selalu seperti ini,,tanpa terror arwah penasaran itu. Peti berisi
buku harian dan pena maut itupun aku tak tahu ada dimana.
***
>>>Beberapa bulan kemudian<<<
Seperti biasa aku datang ke perpustakaan tua tempat aku menemukan benda maut itu. Sepi. Hanya ada aku.
Tiba
tiba ku dengar bunyi yang menggangguku. Seperti suara kayu yang dipukul
pukul dengan kerasnya. Ingin ku abaikan. Tapi semakin keras suara itu.
Hawa aneh menyelubungi hatiku. Akhirnya kuikuti suara yang mengusik itu.
Sesosok
bayangan berlari dihadapanku. Ia berlari menjauhi sesuatu. Seperti
berlari mencari persembunyian. Ku ikuti sosok aneh itu.
Akupun
tiba di tempat yang asing bagiku. Tercium bau anyir.. amis.. seperti
darah yang masih segar. Kulihat sosok itu berhenti. Kucoba mengumpulkan
keberanianku menghampiri sosok itu.
Dengan
sedikit ragu,,aku mencoba menyentuh bahunya perlahan. Ia pun berbalik
dengan tatapan sinis ia menatap ku. Sorot mata yang tajam, dingin
menembus mataku hingga melumpuhkan sendi sendiku. Wajahnya pucat pasi.
Kulihat tangannya yang berlumuran darah menggenggam sesuatu,, seperti
ingin menyodorkannya padaku. Saat aku ingin meraihnya…
“kriiiiiing…..kriiiiiiiing……..” dering weker membangunkan ku.
Syukurlah….itu semua hanya mimpi….
***
>>>Ke esokan harinya<<<
Datanglah sebuah paket kiriman tanpa identitas. Tak terdapat alamat pengirimnya. ‘Aneh…..!!!’,pikirku…
Kubuka
perlahan pembungkus paket yang berwarna coklat. Tampak olehku,,benda
yang tak ingin ku lihat lagi. Jantungku tak berhenti berdegup …
kencang!!!!.. hingga tak terkendali. Tubuhku lunglai. Kenapa benda maut
itu kembali……??? Apakah ia akan benar benar datang untuk menuntunku
melakukan hal itu….???!!! Akankah tangan ini akan ternoda oleh darah
manusia….??? Akankah tomy benar-benar akan menjadi korban
selanjutnya...???
Seakan
sedikit membuka jawaban atas pertanyaan dan mimpiku,,ku pikir hal itu
benar-benar akan terjadi. Seperti yang ada dalam mimpiku,,saat sosok itu
nyaris memberikan sesuatu padaku,,dan pagi harinya datang paket yang
tak terduga. Persis,,nyaris seperti mimpiku. ‘Mungkinkah ini memang
sebuah pertanda kalauu…….’ Hasssh…tak ku lanjutkan kata-kataku. Aku tak
ingin terjadi hal buruk kepada tomy,,sahabatku.
***
Karena
merasa tidak tenang akan nasib sahabatku,,malam harinya aku nekat pergi
ke perpustakaan tua itu untuk mencari informasi tentang
keanehan-keanehan yang terjadi akhir-akhir ini. Sebenarnya aku sedikit
takut dan ragu karena saat itu kotaku sedang mendapat giliran pemadaman
listrik bergilir. Jujur,,aku takut dengan keadaan gelap. Dengan berbekal
lampu senter seadanya,,aku tetap nekat biarpun sebenarnya perpustakaan
sedang ditutup karena akan diadakan beberapa perbaikan. Tapi aku masih
punya jalan masuk,,yaitu lewat pintu belakang yang tak pernah terkunci.
Aku sering lewat pintu itu saat penjaga perpustakaan sedang tak berada
di tempat.
Saat
masuk lewat pintu belakang,,aku merasakan hal yang sedikit aneh.Bagian
belakang perpustakaan terasa dingin dan pengap tak seperti biasa. Angin
berhembus sangat kencang hingga dedaunan kering yang tadinya berserakan
di halaman belakang masuk ke dalam dan membanting pintu. Spontan aku
berlari menuju pintu yang terbanting dan mencoba membuka kembali pintu
itu. Ternyata pintu itu telah terkunci dari luar. “siall….!!!”,kataku.
Aku tetap berusaha membukanya. Angin terasa semakin kencang,padahal
sudah jelas-jelas pintu tertutup dan terkunci. Entah dari mana datangnya
angin ini. Aku makin panik…aku menangis… ku gedor-gedor pintu itu
sambil bertriak-triak,,berharap akan ada seseorang yang mendengar dan
mengeluarkan aku dari tempat ini. Telah cukup lama aku melakukannya.
Tenagaku telah terkuras habis…Aku lemas dan terduduk pasrah di salah
satu sudut ruangan yang berada di bagian belakang perpustakaan itu.
***
Tak
lama kemudian,,ruang baca utama yang berada di tengah-tengah
perpustakaan nampak terang. Pikirku,,masih ada penjaga di dalam. Aku
berdiri. Dengan perlahan aku mulai berjalan pelan menuju ruangan itu.
Dari jarak yang tak terlalu jauh,,tepatnya dari celah-celah salah satu
rak buku besar nampak seorang anak perempuan sedang duduk dan menghadapi
sebuah buku dengan tangan kanannya memegang pena. Ia tampak sedang
menulis sesuatu. Anak itu terlihat sama dengan orang yang mencabik-cabik
isi perut tiga orang dalam mimpiku. Saat aku tersadar,,ternyata di
depannya terdapat sebuah peti kecil yang juga tak asing di mataku. Aku
semakin yakin kalau dia adalah anak yang namanya terukir di pena itu.
Yaa..aku ingat namanya “Sarah Angel”,,sang pemusnah yang telah
melenyapkan sahabat-sahabatnya,,juga sahabat-sahabatku.
Tak
sengaja tanganku menyenggol salah satu buku hingga terjatuh. Karena
kaget,,akupun berteriak dan terpenjat hingga menarik perhatian sosok
disana. Dia menujukan perhaitannya ke rak buku tempat persembunyianku.
Kali ini berbeda. Pandangannya terlihat memelas. Karena penasaran dengan
apa yang terjadi dengannya,,akupun menghampirinya. Aku duduk di
sampingnya,,sejenak menatapnya sambil meyakinkan diri kalau dia tak
berbahaya dan takkan menyakitiku. Dia menoleh ke arahku tanpa mengucap
sepatah katapun. Tampak dia tersenyum. Di perlihatkannya padaku apa yang
baru saja di tulisnya. Sedikit ragu,,akupun mulai membacanya.
“Yogjakarta,7 November 1839
Dear diary…
Puas
rasanya bisa mempersatukan sahabat-sahabatku di satu tempat yang
sama….tempat yang tak akan mungkin orang lain ketahui. Selamanya mereka
akan tetap di situ untuk menemaniku dan menjadi sahabatku. Mama…hmm.. mama
mereka pasti akan mempertanyakan keadaan anak-anak kesayangan mereka
padaku. Akupun sudah mempunyai jawaban jika mama mereka telfon dan
bertanya tentang keadaan anaknya. ‘dia sudah tidur tante. Tidak mau saya
bangunkan. Anak tante masih ingin menginap disini selama beberapa
minggu’ …
Aku
tak menyesal telah membawa mereka pergi untuk selamanya. Setidaknya aku
masih menyimpan jasat mereka. Jika ku rasakan penyakitku menjajah
tubuhku,,aku akan berada di antara jasat mereka untuk mati dan tetap
bersama mereka…”
***
Setelah
aku membaca tulisan itu dan sejenak terdiam,,tiba-tiba dia tertawa.
Tawa yang sangat keras,,nyaring,,hingga membuat bulu kuduku berdiri. Ku
tutup mata dan telingaku. Aku berpikir,,,mungkinkah sekarang aku tidak
berada pada zamanku…?? Ku rasa aku baru saja masuk ke masa lalu. Di
jamanku,,sekarang adalah tahun 2009,,tapi kenapa yang tertulis adalah
tahun 1839…?? Berarti waktu mundur 170 tahun. Logika tak selalu searah
dengan kenyataan. Saat ku lihat kalender di hand phoneku,,benar….saat
itu adalah tahun 1839.
Tak
lama iapun menghentikan tawanya,,merebut buku hariannya dari tanganku
dan memasukkannya bersama pena itu ke dalam peti. Kemudian ia
berdiri,,beranjak dari tempat duduknya,,berlari dan menyelipkan peti itu
ke antara susunan buku,,lalu menghilang. Ruangan itu kembali
gelap,,dingin,,dan senyap.
Sejenak
aku terdiam di tempat itu,,otakku masih berusaha mengutak-atik kejadian
ini dengan logika. Tapi benar,,kejadian semacam ini tidak akan bisa di
pecahkan menggunakan logika.
“ahh..ya
sudahlah,,..mungkin tadi Cuma halusinasiku saja. Lagian gag mungkin
juga kalo ada yang kayak begituan…” gumamku mencoba menyangkal apa yang
baru saja terjadi.
Kembali
ke tujuan awalku kesini,,yaitu mencari informasi tentang apa yang
selama ini terjadi padaku dan sahabat-sahabatku. Aku mulai beranjak dari
tempat dudukku dan mulai menyusuri satu persatu rak buku untuk mencari
apapun yang bisa ku temukan dengan bantuan penerangan senter kecil. Di
dalam laci rak 13,,aku menemukan sebuah amplop usang. Saat
membukanya,,aku menemukan beberapa lembar foto. Yaa…foto hitam-putih
usang seorang anak lelaki. Foto itu tak lagi nampak utuh. Beberapa
bagian telah sobek dan mengelupas. Di bagian belakang salah satu foto
terdapat tulisan dengan huruf jawa,,yang aku tak mengerti apa maksudnya.
***
Merasa
ada seseorang yang datang aku buru-buru keluar dan pulang dengan
membawa apa yang baru saja ku temukan. Sesamapi di rumah kembali ku
lihat kalender di hand phoneku,,ternyata aku sudah kembali ke jamanku.
Entah kapan dan dimana aku memasuki gerbang yang menuju ke masa lampau
itu.
***
Waktu
terasa berlalu begitu cepat. Tak terasa,,matahari sudah memancarkan
sinarnya. Tak sempat mataku terpejam. Aku sudah harus kembali
bersekolah. Ku masukkan amplop yang berisi foto-foto itu ke dalam tasku.
Sebenarnya hari ini tak ada semangat untuk bersekolah. Tapi,,,ya
sudahlah…. Sedikit berbeda,,hari ini ada seorang siswa baru di kelasku.
Namanya Kevin. Dia pindahan dari salah satu SMA di jawa timur. Bu Leni,,
wali kelasku meminta aku menemaninya untuk lebih mengenali sekolah
kami. Wali kelasku meminta Tomi untuk pindah tempat duduk dan
mengijinkan Kevin duduk di bangku sebelahku. Kevin terlihat gugup di
sebelahku. Kami berkenalan.
“hai kevin,,aku Vira”,kataku sambil menjulurkan tangan,,mengajak berjabat tangan.
“aku Kevin”,jawabnya datar.
Tangannya
terasa dingin dan bergetar saat berjabat tangan denganku. Dia terlihat
ketakutan seperti melihat sesuatu yang tak terlihat olehku. Entah apa
yang ia lihat.
“Kevin,,kenapa kamu…….? Ada yang salah sama aku……….? Atau kamu sakit….?”,tanyaku dengan mengerutkan jidat.
“eeemm…gag papa kok….”,jawabnya dengan gugup,,tak berani menatap ke arahku.
Hmm….ku
fikir dia cuma belum terbiasa denganku. Semua orang pasti butuh waktu
untuk menyesuaikan diri terutama dengan lingkungan barunya. Ku rasa itu
wajar. Saat jam istirahat aku mengajaknya ke perpustakaan
sekolah. Aku menceritakan beberapa hal tentang sekolahku yang juga
sekolah barunya di Jogja,,sedangkan Kevin hanya diam dan mendengarkan.
Sepertinya Kevin memang agak susah untuk bergaul. Tapi aku tetap ingin
menjadikannya temanku. Agar lebih akrab aku memberikan nomor handphoneku
padanya.
***
Saat
pulang sekolah aku tak melihat Kevin. Aku menunggunya di pintu
gerbang,,tapi ia tak kunjung keluar. Mungkin dia sudah pulang duluan.
Tak lama,,Tomi menghampiriku. Dia mengajakku pergi ke
perpustakaan tua itu. Saat ia menyebut kata ‘Perpustakaan Tua’,,kembali
aku teringat dengan kejadian aneh yang bikin aku gag tidur semalaman.
Karena masih belum puas dengan petualanganku semalam akupun meng-iyakan
ajakan Tomi. Perpustakaan masih diperbaiki. Di bawah pohon halaman depan
perpustakaan aku menceritakan kejadian aneh yang ku alami pada Tomi.
Dari raut mukanya sepertinya dia gag percaya sama aku. Tapi aku berusaha
meyakinkan dia kalo aku tuh gag bohong. Akupun mengeluarkan apa yang ku
dapat semalam dari dalam tas. Tomi meraih dan memendang foto-foto itu.
“iya…kamu benar…aku percaya sama kamu”,kata tomi.
“eh…si Kevin orange kok agak aneh gitu yaa…pendiem banget orange…”,kataku.
“loh…kok malah jadi ngomongin Kevin sih…..?”,sahut Tomi dengan nada yang agak kesal.
Sepertinya
Tomi tidak suka aku berteman dengan Kevin. Entah apa alasannya. Dari
pada Tomi marah,,pembahasan tentang Kevin ku hentikan. Kamipun pulang ke
rumah masing-masing.
Malam harinya datang sms dari Kevin. Kamipun saling berkirim sms.
Kevin: vira,, maaf yaa…soal kejadian tadi… aku cuma belum terbiasa, maaf yaa…
Vira: ohh…iyaa… gpp kok… oh iya,,tadi kamu kok kayak ketakutan gitu kenapa…? Ada yang salah sama aku….?
Kevin: hmm…gag ada yang salah sama kamu kok…J aku tadi di lihatin terus sama makhluk yang selalu berdiri di samping kamu. Aku takut. Sepertinya dia gag suka sama aku.
Vira: maksud kamu…? Kayak.e di samping aku gag ada orang deh… ahh…kamu jangan nakutin aku gitu donk…
Kevin: bener kok… aku gag boong… hmm…kamu mau dengerin cerita aku…?
Vira: oh..boleh…
Kevin:
tapi kamu janji dulu…aku pengen kamu tetep jadi temen aku kalo aku udah
cerita… mungkin kamu bakal nganggep aku idiot n’ aneh juga sama kayak
temenku yang lain…
Vira: enggak kok…aku tetep mau jadi temen kamu… cerita aja…
Kevin:
hmm…ceritanya gini vir…dulu pas aku masih kecil,,aku tuh tumbuh sama
kayak anak-anak lainnya… bedanya,,di antara temen-temen sebayaku,, aku
bisa lihat n’ berkomunikasi ama sosok yang gag bisa mereka lihat. Tapi
aku cuma berani komunikasi sama roh putih aja….roh hitam aku gag berani.
Kata psikiater,, aku tuh anak yang special. Anak indigo. Makanya aku
bisa lihat mereka. Nah..makhluk yang suka ngikutin kamu itu roh hitam.
Dia bisa celakain orang. Makanya aku gag berani.
Vira: hahh……? Yang bener kamu…..? terus aku gimana nih….?
Kevin: dia gag bakal ngapa-ngapain kamu,,tapi dia bisa celakain sahabat n’ temen kamu. Aku bisa bantuin kok…..
Vira: ohh….yaudah…aku minta pengawasan sama kamu yaa….soale aku takut..
Kevin: oke deh…aku bakal berusaha minta dia baik-baik biar gag bikin ulah…
Vira:
bener lho iaa… aku percaya sama kamu biarpun baru sehari kita kenal.
Eh…udah malem nih… aku tidur dulu yaa… good night Kevin…
Kevin: oke…good night vira..
Perbincangan
via sms pun berakhir. Sebenarnya aku gag bisa tidur,, bayangin kayak
apa makhluk yang ada di sampingku sekarang. Benar-benar sampai matahari
muncul,,aku tetap tak tidur. Genap 48 jam aku gag tidur. Rasanya
lelah,,pengen tidur tapi ada semacam ketakutan yang membayang-bayangi.
Pagi
harinya di sekolah Kevin nampak sama seperti kemarin. Pendiam,,dan
hanya diam. Yaa…sekarang aku sudah mengerti apa yang terjadi padanya.
Setidaknya,,aku telah sedikit tau beberapa hal tentang Kevin. Entah dia
jujur atau cuma mengada-ada,,tapi buatku kata-katanya cukup meyakinkan.
Saat pulang sekolah,aku,,Tomi dan Kevin tertahan oleh hujan yang cukup
deras. Memang tak Cuma kami bertiga. Masih ada beberapa anak yang
menunggu jemputan. Kami menunggu hujan berhenti,,tapi hujan tak juga
berhenti. Sampai akhirnya hari mulai gelap dan hanya kami bertiga yang
tersisa. Kami saling berdiam,,tak bergeming. Sepertinya Tomi memang tak
suka dengan Kevin. Sesekali pandangan sinis Tomi tertuju pada Kevin.
Sekian
lama menunggu,,hujan tak juga berhenti tapi malah semakin menggila
bersama angin kencang dan petir. Saat itu aku baru ingat,,kenapa tidak
telfon ke rumah dan minta di jemput. Berhubung handphoneku ketinggalan
di rumah,,aku meminjam handphone Tomi. Dengan gesit tomi merogoh saku
untuk mengambil handphone. Tapi handphonenya tak ada di saku. “mungkin
di tas…”,kataku. Dengan segera Tomi membuka tasnya. Setengah tidak
percaya,, peti maut itu berada di dalam tas Tomi. Padahal seingatku peti
itu ku tinggal di rumah dan tak pernah ku bawa kemanapun.
“hah….!!! Benda apa ini…..? bukannya benda ini udah lenyap..? kenapa bisa ada di sini…..?”,teriak Tomi.
“kok
bisa ada di kamu Tom….? Emang dua hari lalu ada seseorang yang ngirim
paket. Isinya ya benda itu. Tapi gag ada nama or alamat pengirimnya. Aku
pengen cerita ama kamu tapi lupa terus. Kayaknya emang ada orang yang
sirik ama kita deh….makanya dia neror kita pake acara
bunuh-bunuhan.”,jawabku.
“ahh…bener
juga kamu…paling-paling ini cuma kerjaan orang iseng yang sirik ama
kita. Udah deh…buang aja…”,kata Tomi sambil menuju tempat sampah.
“nah..gini
kan beres…kita udah bisa tenang sekarang… tapi hape gue mana...? gag
ada nih di tas.. hasssh…ilang lagi nih hape..!!”,ucap tomi dengan nada
agak kesal.
“yang kalian lakukan tidak akan membantu..!”,ucap Kevin dengan singkat.
Kevin
langsung beranjak,,pergi meninggalkan aku dan tomi. Ia berlari di
tengah lebatnya hujan dan gelapnya malam yang semakin larut. Aku dan
tomi hanya bisa melihatnya,,dan tak kusa menahannya agar tetap tinggal.
“halah..biarin aja tuh anak… udah gag waras kali…”,hardik tomi.
“kamu kenapa sih Tom…..? kayak.e kok gag suka banget sama si Kevin.. kayak.e dia juga orangnya baik…”,ujarku.
“hah..?
baik…kamu gag liat….? Gayanya aja belagu,,,sok misterius…. Ato
jangan-jangan kamu ada apa-apa sama Kevin……?”,tomi nyolot.
“kok
ngomong gitu sih…? Kita kan cuma temen.. lagian aku sama Kevin juga
baru beberapa hari kenal…..”,jawabku dengan sedikit emosi.
Tomi
diam dan tak membalas. Perdebatan berakhir seiring dengan turunnya
hujan yang semakin menggila. Kami saling diam,tak berkata sepatah
katapun. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 9 malam. Tiba-tiba
terdengar teriakkan melengking yang benar-benar mengalahkan bisingnya
hujan yang sangat lebat yang nyaris membuat gendag telinga kami pecah.
Bersamaan dengan itu tiba-tiba saja lampu padam. Aku menjerit seketika.
Tak terdengar reaksi tomi. Di kegelapan aku bertriak-triak memanggil
tomi.
“tomi…tomi…tomi…kamu dimana…..?”,teriakku.
Tak ada jawaban. Masih saja aku memanggil nama tomi. Dan tetap tak ada jawaban.
“Tom…kamu jangan bercanda deh.. gelap nih..aku takut.. tomiiiiiiiiii……..sini deh…gausah ngerjain aku..”
Masih
juga tak ada jawaban. Tiba-tiba dari kejauhan aku melihat sesosok
bayangan hitam saat terjadi kilat. Yaa…bayangan itu sedang berjalan
menuju ke arahku. Aku terkejut…seketika aku berlari mencari tempat
berlindung. Tapi kemudian terdengar lantang,bayangan itu memanggil
namaku.
“Vira…vira…”
Aku masih saja berlari. Tapi bayangan itu masih memanggilku.
“vira…jangan lari..jangan takut.. ini aku Kevin..”
Saat bayangan itu menyebut nama
‘kevin’,,ku hentikn langkahku dan berbalik untuk melihat sosok itu.
Ya..ternyata benar dia adalah Kevin. Ia masih dengan seragam sekolah
yang basah kuyup.
“Lho,,Vin..kok kamu bisa ada di sini….? Bukannya tadi kamu udah pulang..?”,tanyaku.
“enggak
kok..tadi aku gag pulang. Aku nungguin kamu sama Tomi di bawah pohon
beringin di taman deket sekolah.. udah deh…!! Sekarang gag usah banyak
tanya dulu.. mending sekarang kita cari peti yang isinya buku harian dan
pena kematian itu. Tadi kalo gag salah Tomi buang peti itu di tong
sampah di lobby… ”,kata Kevin dengan muka yang ku kira panik. Tak
terlihat karena gelap.
“yaudah deh..tapi gag usah pake lari ya..!! emangnya buat apa lagi sih benda itu…..?”,tanyaku.
“gag usah banyak tanya.. kita harus bergerak cepat.. tomi sedang dalam bahaya…!!”,Kevin ngotot.
‘dalam bahaya…? Aapa maksudnya..? bukannya Tomi sedang ngumpet ngerjain aku…?’,aku bertanya-tanya dalam hati.
Dengan
segera Kevin menarik tanganku menuju lobby untuk memungut kembali peti
maut itu. Terasa tangan Kevin yang dingin memegang erat pergelangan
tanganku. Ternyata masih ada di tempatnya semula. Setelah mendapatkannya
kami bergegas untuk mencari Tomi. Kami memeriksa setiap sudut sekolah
sambil berteriak-teriak memanggil nama Tomi berharap ada jawaban. Hamper
setiap ruangan mulai dari bagian depan,,samping kanan,,samping
kiri,,bagian belakang sekolah kami kelilingi. Namun tetap saja hasilnya
nihil.
“seingatku
ada satu ruangan yang belum kita periksa. Ah..tapi gag mungkin juga
kita ke tempat itu. Setauku ruangan itu tak pernah sekalipun
terbuka..”,ujarku.
“di mana itu..?”,Kevin bertanya.
“letaknya di bakian belakang toilet guru yang di ujung barat..”,kataku.
“ayo kita periksa tempat itu.”,kata Kevin.
“hah…? Yakin..? tapi setauku tempat itu kan gag pernah…”
“udah
deh..jangan mengukur-ulur waktu. Kemungkinan besar Tomi masih berada di
sekitar sini. Kita harus menolongnya sebelum terlambat.”,tomi memotong
kata-kataku.
Aku
turuti saja apa maunya. Dengan tergesa-gesa kami berlari menuju tempat
yang dimaksud. Dari jarak yang tidak terlalu jauh dari ruangan kosong
itu, aku merasa sedikit ragu untuk meneruskan langkahku. Dengan mantap
ku hentikan langkahku. Aku takut. Melihat keadaan luarnya saja sudah
cukup membuatku menelan ludah berkali-kali. Keadaannya kotor,cat yang
dulunya putih kini telah berjamur dan mengelupas, kaca yang
pecah,listrik padam, dan di tambah lagi dengan hujan yang makin
mendukung suasana horror disini. Apa lagi memasukinya. Sekali lagi,
Kevin meyakinkanku atas nama persahabatan. Hatiku kembali mantap.
Kembali ku teruskan langkahku Dan ternyata benar saja apa yang dikatakan
Kevin.
Dari
depan aku tak melihat adanya tanda-tanda kehidupan. Suasananya sunyi.
Hanya terdengar suara tetesan air langit yang masih juga turun. Kevin
mencoba membuka pintu ruangan itu. Ternyata tak terkunci. Saat
memasukinya hidung kami langsung saja di sambut oleh bau anyir darah.
“uuh…amis sekali tempat ini.. aku yakin ada orang yang sering memasuki tempat ini.”,kataku.
“tidak…!!”,sanggah Kevin.
“tidak..?”
“yaa…mungkin selama beberapa tahun terakhir ini ruangan ini tak terjamah manusia.”,jelas Kevin.
“tapi bagaimana kamu tau…? Sedangkan kamu baru beberapa hari pindah ke sekolah ini..”,tanyaku heran.
“kamu
tau kelebihanku kan…? Tak perlu ku jelaskan lagi. Ku rasa Tomi ada di
sini…yaa…ia di sembunyikan oleh pemilik benda ini..dan bau anyir ini
jelas..ini adalah aroma darah segar tomi”,jelas Kevin sambil menunjukkan
peti itu padaku.
“apa…?
Darah Tomi…? Kamu yakin..? mungkinkah sekarang Tomi sudah
berakhir…?”,tanyaku disertai air mata yang mulai mengalir. Aku
menangis…aku khawatir dengan keadaan sahabatku….:(
Tiba-tiba jatuh sesuatu dari atas dan mengenai kepalaku.
“aduh..apa itu?”,sambil meraba-raba lantai,,mencoba menemukan benda apa yang sempat mendarat di kepalaku tadi.
Tanganku
menemukan sesuatu yang terasa mirip seperti pena yang sering datang
padaku. Ya..benar… terlihat tulisan yang terukir dengan tinta emas di
badan pena itu bercahaya. Seingatku peti itu masih berada di tangan
Kevin. Tapi kenapa pena ini bisa berada disini…? Darah…yaa….tanganku
menyentuh darah. Darah segar yang menempel di badan pena itu.
“kamu nemu apa Vir…?”,tanya Kevin.
“eee….ini…aku nemuin pena. Kayaknya ini pena yang di dalem peti itu deh…. Ada darahnya..”,jawabku lesu.
“darah…? Itu pasti darah Tomi.. Ayo…kita harus cepat bertindak..bawa pena itu.”,seru Kevin.
Kamipun
mencari-cari dimana Tomi. Di ruangan yang tak terlalu luas ini
seharusnya mudah untuk menemukan seseorang jika memang ia berada di
dalam. Namun tidak…!! Tak ada tanda-tanda adanya orang di dalam sini.
Tapi…kenapa Kevin tetap saja bersikukuh bahwa Tomi benar-benar di sini…?
Aku masih bingung dengan semua yang terjadi. Di mana Tomi…? Kemana Tomi…? Dengan siapa dia sekarang…? Bagaimana keadaannya…?
“aaaaarrrrrrgggghhh……….!!!!!
Sialan……!! Apa-apaan ini…? Siapa yang tega melakukan semua ini padaku
dan sahabat-sahabatku…? Apa salahkuuuuu…?”,kataku dengan nada berteriak
kesal.
Tiba-tiba saja semua terasa lebih gelap dari sebelumnya. Kepalaku terasa berat…pusing…!! Uuuh…
***
Saat
aku terjaga, ternyata kedua tanganku telah terikat kuat di sebuah tiang
penyangga di depan ruang UKS sekolah. Di depanku, terlihat samar
sesosok bayangan. Terdengar pula desah nafas yang cukup cepat seperti
orang yang habis melakukan hal yang berat atau mungkin habis di kejar
setan. Pandanganku masih kabur. Aku tak dapat melihatnya dengan jelas
siapa itu. Saat mataku mulai berfungsi normal, aku dapat melihat Tomi
terbaring lemas berlumuran darah. Ia masih bernafas. Di sampingnya,
Kevin sedang terduduk lesu. Aku melihatnya sedang merintih sambil
memegangi tangannya yang terluka.
“Kevin…kenapa gue diikat disini..? lepasin gue..!!!”,teriakku.
Kevin terkaget mendengar ucapanku.
“kamu udah sadar Vir…? Syukurlah…”,tanya Kevin seraya bersyukur.
“kamu pikir aku kenapa…? Cepetan lepasin ikatan ini.. sakit nih..”,kataku,merintih.
“eeeh…iya…iya.. ”,jawab Kevin kikuk.
Kevin
pun melepaskan tanganku dari ikatan kuat itu. Sejenak kami terdiam.
Mataku tertuju ke arah Tomi yang terbaring tak berdaya di samping
Kevin,kemudian menujukan pandangan sinis ke arah Kevin.
“bisa kamu jelasin tentang apa yang terjadi..?”,tanyaku dengan pandangan sinis tertuju ke Kevin.
Kevin mengangguk. Terbaca keraguan dari gerak-geriknya.
“jelasin
Vin..kenapa Tomi bisa sampai kayak gini…kenapa aku terikat disini..?
terus kenapa tangan kamu terluka……? Jelasin sama aku
Vin..”,tanyaku,memaksa.
Sedetik,dua detik, tiga detik. Kesunyian benar-benar terasa saat itu. Kevin tak kunjung berucap.
Kevin memandang ke arahku dengan raut muka serius. Sedetik kemudian terdengar penjelasan dari mulut Kevin.
“tadi
malem kamu kerasukan arwah setan itu Vir.. kamu berusaha nyerang aku
pake pena itu.. aku ngehindar dan lari. Tapi kamu ngejar aku terus.
Entah dari mana kamu tiba-tiba bisa pegang pena itu buat nyerang aku.
Padahal sebelumnya pena itu aku yang pegang. Aku lari dan bersembunyi di
kamar mandi deket ruang guru. Ternyata disitu aku nemuin Tomi
tergeletak.”,Kevin menjelaskan.
Aku
terdiam mendengar penjelasan Kevin. Apakah benar apa yang di katakana
Kevin..? haruskah aku mempercayainya..?tapi kalau bukan dia siapa lagi
yang bisa memberiku penjelasan yang lebih baik dari Kevin..?? tomi..?
itu bahkan lebih tidak mungkin lagi karena sejak awal Tomi telah tak
sadarkan diri. Hatiku terus saja beradu tanya dengan otakku.
“ya..empunya
buku itu pernah berjanji akan membuatku melakukan hal keji yaitu
membunuh sahabatku sendiri.. dan hal itu hampir saja terjadi.. maaf
Kevin..maafin aku.. aku udah biarin Arwah sialan itu jajah tubuh aku
buat pelampiasannya.. aku bener-bener gak sanggup ngelak Vin..maafin
aku…”,kataku dengan nada dan wajah menyesal.
“ya
sudahlah..semuanya telah terjadi.. kita ambil saja hikmah dari semua
ini.. gak usah ngerasa bersalah gitu.. santai aja..”,Kevin menenangkan.
Aku hanya tersenyum tak membalas perkataan Kevin.
Matahari
mulai menjanjikan kehidupan untuk hari ini dengan sinat hangatnya. Itu
tandanya hari sudah mulai pagi. Terlihat peti itu bertengger manis di
bangku yang tak berada jauh dari kami. Aku segera berdiri dan berjalan
gontai dengan kepala yang masih terasa berat menuju ke arah dimana benda
itu berada. Ku raih benda itu. Aku menoleh ke Kevin untuk meminta
persetujuan.
“Bakar Vir..bakar..”,Kevin meyakinkan.
Aku
mengangguk tanda setuju.kemudian ku raih sebuah korek api di saku
rokku. Dengan yakin aku mulai menyulutkan api ke buku tersebut kemudian
memasukkannya ke dalam peti yang juga telah terisi pena kematian
tersebut. Tak butuh waktu lama untuk benda rapuh yang biadap itu
terbakar. Akupun berbalik arah menghampiri Kevin dan Tomi yang terkulai
lemas. Ku pososikan diriku berada di antara Kevin yang sedang merintih
kesakitan dan Tomi yang masih tak sadarkan diri. Ku tujukan pandanganku
ke arah peti dan isinya yang sedang terbakar. Terdengar sebuah jeritan
nyaring yang benar-benar menyakitkan telinga yang berasal dari dalam
peti tersebut. Jeritan yang lebih menyakitkan dari pada yang ku alami
beberapa waktu lalu. Senyuman kemenangan tersungging manis di ujung
bibirku.
‘Lelah sekali rasanya..’,bisikku dalam hati.
Ini
adalah petualangan menegangkan yang benar-benar nyata dalam hidupku.
Lebih ekstrim dari mimpi yang paling ekstrim sekalipun. Akhirnya aku,
sahabatku Tomi dan sahabat baruku Kevin dapat kembali menjalani hidup
yang normal seperti dahulu meskipun tanpa Niko dan juga Rista. Biarpun
Tomi dan Kevin mengalami luka yang cukup serius,setidaknya mereka masih
hidup dan tetap menjadi sahabatku.
***TAMAT***
0 comments:
Post a Comment