AKU INGIN JADI SAHABATMU
Cerpen Karya Lifya Afrianti Hanum
Cerpen Karya Lifya Afrianti Hanum
Angin sejuk mengiringi langkah Tessa berjalan di koridor sekolah. Ia berjalan santai menuju kelas XI IPA 1.
"Tessa!" seseorang memanggilnya.
Tessa menoleh,kemudian tersenyum. Gadis itu, Raisa , teman sekelasnya yang diam-diam ia kagumi.
"Hai,ke kelas bareng,yuk!" ajak Raisa.
"Boleh," jawab Tessa.
Mereka beriringan menuju kelas. Tessa dan Raisa duduk di bangku masing-masing. Di kelas ini,mereka duduk berpasang-pasangan dengan anak cowok. Tessa duduk dengan Fikri,sedangkan Raisa duduk dengan Rafi.
Tessa duduk sambil membaca novel. Tiba-tiba...
"Woy! Belajar! Baca novel mulu lo! Nanti ulangan Fisika tau!" Fikri merebut novel dari tangan Tessa.
"Ih,rese lo! Balikin nggak?!" omel Tessa.
Fikri mengembalikan novel Tessa dan duduk di sebelahnya.
"Tumben lo inget kalo ada ulangan?" goda Tessa.
"Minggu lalu,gue dapet nilai jelek nih! Lo sih kagak mau ngasih tau gue!" gerutu Fikri.
"Hahaha...biarin," Tessa menjulurkan lidah.
"Awas aja,ulangan nanti gue bisa ngerjain sendiri kok!" tekad Fikri.
"Bener ya? Okedeh! Semangat,Fikri!" seru Tessa sambil tepuk tangan.
Fikri mengambil buku Fisika dan mulai belajar. Tessa mengedarkan pandangan mencari Raisa. Sosok itu ia temukan sedang bercanda dengan Vina dan Firyal. Ada rasa sedih dan iri menyergap hatinya. Fikri melihat perubahan raut wajah Tessa.
"Kenapa,Sa? Iri ya?" tanya Fikri.
Tessa menoleh,tersenyum sedih.
"Apa sih yang lo kagumi dari seorang Raisa?" tanya Fikri sambil menutup bukunya. Nggak jadi belajar,deh.
"Bagi gue, dia beda dari yang lain. Cewek yang mandiri dan nggak manja. Nggak tau kenapa,gue nyaman banget kalo lagi sama dia. Gue sayang banget sama dia,Fik," jelas Tessa.
Fikri hanya terdiam. Ia mengerti perasaan Tessa. Selama ini, hanya Fikri lah yang paling dekat dengan Tessa.
"Lo udah deket sama dia. Lo sering satu kelompok kalo ngerjain tugas sama dia. Lo juga sering bercanda,"
"Cuma itu,Fik. Deketnya cuma sebagai temen. Gue pengen kayak Vina dan Firyal. Jadi sahabat Raisa," ucap Tessa.
"Sa.. Ada gue disini," ucap Fikri.
"Lo itu sahabat cowok gue yang paling baik,Fik. Tapi gue nggak bisa curhat tentang wanita ke lo,kan?"
"Iyadeh.. Tapi,kalo lo butuh gue,gur selalu ada buat lo,Sa.." ucap Fikri.
Tessa tersenyum. Fikri mengacak-acak rambutnya drngan gemas,membuat Tessa cemberut kesal.
***
Tessa melihat kalender. Ada lingkaran merah disana. Seminggu lagi, Raisa ulang tahun. Ia ingin memberi sesuatu untuk Raisa.
Jadilah,hari itu Tessa menarik-narik Fikri untuk menemaninya ke Gramedia.
"Aduh,Sa! Cepetan dong! Mau beli berapa sih?!" omel Fikri.
"Ntar dulu,Fik. Gue bingung nih! Bagus-bagus semua,"
Akhirnya,Tessa membeli lima buah novel dan dua buah buku kisah inspiratif.
"Sa... Semuanya buat Raisa?" tanya Fikri bengong.
"Nggaklah! Gue kan juga suka baca,"
Kemudian,Tessa mengajak Fikri untuk membeli kalung. Setelah mendapatkannya, ia mentraktir Fikri.
"Fik,makasih ya,udah mau temenin gue," ucap Tessa saat mereka makan di kafe.
Fikri hanya mengacungkan jempol sambil menghabiskan makan siangnya. Tessa tertawa geli. Ia pun menghabiskan jus jeruk di hadapannya.
***
Keesokan harinya, bangku Raisa kosong. Tessa terlihat gelisah sedari tadi. Saat bel istirahat, ia bergegas bertanya pada Firyal.
"Yal,Raisa kenapa? Kok nggak masuk?"
"Raisa sakit,Sa. Semalam,dia demam tinggi," jawab Firyal.
Tessa hanya terdiam. Vina menghampiri mereka berdua.
"Yal, ke kantin yuk!" ajak Vina pada Firyal.
"Yuk!" jawab Firyal.
"Duluan ya,Sa," ucap Firyal dan Vina.
"Iya,makasih ya," ucap Tessa.
Tessa segera mencari Fikri. Ternyata, Fikri ada di kantin. Lagi makan bakso.
"Fik!" Tessa menepuk punggung Fikri.
Fikri tersedak. Ia buru-buru meminum jus apelnya.
"Gila lo! Gue kaget! Kalo gue mati gimana?!" omel Fikri.
"Ehehe.. Maaf,Fik. Nggak sengaja," Tessa duduk di hadapan Fikri.
Fikri mencibir. "Ada apaan?" tanyanya sambil melanjutkan makannya.
"Fik,pulang sekolah temenin gue ya!" pinta Tessa.
"Hah? Kemana?"
"Ke rumah Raisa. Dia sakit,"
"Besok dia juga udah masuk,Sa.."
"Gue daritadi nggak tenang nih,Fik. Ayolah..." bujuk Tessa.
Fikri meminum jus apelnya. Kemudian, ia mengangguk.
"Yey! Lo emang sahabat gue yang paling baik! Thanks,Fik!" Tessa berlalu pergi.
Fikri menatap kepergian Tessa.
"Kalo gue yang sakit, apa lo bakal kayak gini juga,Sa?" tanya Fikri sedih.
***
Mobil Fikri berhenti di depan sebuah rumah. Tessa dan Fikri turun dari mobil. Tessa menekan bel.
Tak lama,seorang wanita membukakan pintu.
"Siang,Tante.." sapa Tessa.
"Siang. Tessa ya? Wah,udah lama kamu nggak main kesini," ucap wanita itu.
"Iya,Tante. Ini Fikri, kami pengen jenguk Raisa," ucap Tessa.
"Ooh.. Ayo,silahkan masuk!" ajak Tante Nia,mamanya Raisa.
"Makasih,Tante," ucap Tessa dan Fikri.
Mereka menunggu di depan kamar Raisa. Tante Nia masuk ke dalam kamar.
"Sayang, ada teman-teman kamu nih,"
"Suruh masuk aja ya,Ma,"
Tante Nia keluar dari kamar dan mempersilahkan Tessa dan Fikri masuk.
"Hai,Raisa,gimana keadaanmu?" tanya Tessa sambil meletakkan buah di atas meja.
"Hai. Lumayan baik. Sama siapa,Sa?" tanya Raisa.
"Sama Fikri,"
"Ohaha.. Kalian berdua emang nggak bisa dipisahin ya?" goda Raisa.
"Iya dong!" Fikri merangkul Tessa.
"Ih,apaan sih?!" omel Tessa.
Raisa hanya tertawa melihat tingkah mereka. Mrreka bercanda ria sampai hari beranjak sore, Tessa dan Fikri pun pamit pulang.
***
Tessa duduk di bangku taman sekolah. Pandangannya mengarah kepada Raisa. Tessa senang karena bisa melihat tawa dan senyum Raisa. Walaupun Raisa nggak sedang bercanda dengannya.
"Dor!" Fikri mengagetkan Tessa.
"Ih,rese lo!" Tessa memukul lengan Fikri.
Fikri hanya tertawa dan duduk di sebelah Tessa.
"Fik,besok ulang tahun Raisa!" seru Tessa.
"Iya iya. Gue udah tau. Lo udah ngomong lima belas kali pagi ini,bosen tau!" gerutu Fikri.
Tessa cuma nyengir.
"Gue pengen ngasih kadonya langsung ke Raisa. Tapi kalo gue nggak sempet ngasih, tolong lo yang ngasih ya,Fik," pinta Tessa.
Fikri hanya mengangguk dengan tatapan lurus ke depan. Tessa tersenyim kecil. Mereka berdua dilanda keheningan sampai bel masuk berbunyi.
***
Tessa berangkat sekolah dengan senyim cerianya. Fikri yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala.
"Fik,hari ini..." Fikri menutup mulut Tessa.
"Gue udah tau lo mau ngomong apa," Fikri melepas bungkamannya.
Tessa tertawa dan duduk di sebelah Fikri.
"Sa, yang ulang tahun kan Raisa, kenapa kayak lo yang lagi ulang tahun sih?" tanya Fikri heran.
"Kan hari bahagianya Raisa,hari bahagia gue juga,"
Fikri malas membantah lagi. Ia hanya memainkan ponselnya.
"Ehm,Fik, gue nitip kado Raisa dong!"
"Langsung kasih aja,Sa. Ngapain pake dititipin ke gue sih?" gerutu Fikri.
"Gue pengen ngasih pas pulang sekolah. Gue takut kadonya rusak,gue kan ceroboh. Oke,Fik?" bujuk Tessa.
Fikri mengambil kado itu dengan malas dan menyimpannya.
***
Pulang sekolah,Tessa bergegas mencari Raisa. Ia ingin segera memberi kado itu. Sampai dia lupa kalo kadonya ada di Fikri.
Tessa melihat Raisa sedang menyeberang jalan sendirian. Tiba-tiba,sebuah mobil melaju kencang ke arah Raisa. Tessa berlari sekuat tenaga untuk menolong Raisa.
"Raisaaaa!!! Awaaass!!!" Tessa mendorong tubuh Raisa ke pinggir jalan.
BRAAAKKK!!!
Mobil itu menabrak Tessa. Tubub Tessa terhempas. Darah berceceran dimana-mana.
~di saat yang bersamaan~
Mobil Fikri melaju mencari Tessa.
"Tessa dimana sih? Katanya mau ngasih kado,kadonya kan ada di gue.." gumam Fikri.
Fikri menghentikan mobilnya ketika melihat kerumunan orang. Ia turun dari mobil dan menerobos kerumunan itu. Tubuh Fikri membeky ketika melihat tubub seorang gadis bersimbah darah dimasukkan ke dalam ambulance. Gadis itu.. Tessa... Sahabatnya.
Fikri segera menyusul ambulance tersebut. Sesampainya di rumah sakit, Fikri mengabarkan hal ini kepada keluarga Tessa.
Fikri gelisah menunggu di depan ruang UGD. Tak lama kemudian,keluarga Tessa datang. Seorang dokter keluar dari ruangan.
"Bagaimana keadaan anak saya,Dok?" tanya Pak Aswan-ayah Tessa.
"Tessa kehilangan banyak darah. Dia harus segera mendapatkan tranfusi darah," jawab dokter itu.
"Tolong anak saya,Dok," isak Bu Rina-Bunda Tessa.
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Berdoalah terus kepada Yang Kuasa," Dokter itu berlalu pergi.
Fikri terduduk lemas di kursi.
"Om,Tante,maafin Fikri. Fikri nggak bisa jagain Tessa," sesal Fikri.
Pak Aswan menepuk punggung Fikri.
"Sudahlah,Fik. Ini sudah terjadi. Kita hanya bisa berdoa kepada Allah untuk kesembuhan Tessa," hibur Pak Aswan.
Malam harinya, Tessa dipindahkan ke ruang ICU. Kondisinya mulai stabil setelah tranfusi darah. Tetapi, Tessa masih belum sadar.
"Tante sama Om pulang aja. Biar Fikri yang jagain Tessa," ucap Fikri.
"Kamu juga udah capek,Fik. Biar Om aja yang disini. Kamu anterin Tante Rina pulang,"
"Nggak mau,Yah. Bunda masih mau disini," ucap Bu Rina.
"Nggak apa-apa,Om. Tante biar istirahat di rumah,"
"Yaudah,kalo ada apa-apa,cepat kabarin ya!" Fikri mengangguk. "Ayo,Bun.." ajak Pak Aswan.
"Fikri.. Titip Tessa ya," pinta Bu Rina.
"Iya,Tante.."
Kedua orangtua Tessa pun pergi. Fikri masuk ke dalam ruang ICU dan duduk di sebelah ranjang Tessa.
"Sa... Bangun,Sa.. Ini gue," bisik Fikri.
Mata Tessa masih terpejam. Fikri membelai rambutnya perlahan. Kemudian, ia tertidur.
***
Tessa membuka matanya. Ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya.Tessa melihat Fikri tidur di sebelahnya.
Air mata Tessa mengalir. Ia menggenggam tangan Fikri.Fikri terbangun.
"Alhamdulillah.. Akhirnya lo bangun.." Fikri terlihat lega.
"Fikri.." panggil Tessa pelan.
"Iya,Sa?"
"Jangan tinggalin gue ya,Fik," pinta Tessa.
"Gue nggak akan ninggalin lo,Sa.."
"Fik,tolong kasih kadonya ke Raisa,gue nggak bisa ngasih langsung ke dia," ucap Tessa.
"Lo pasti sembug,Sa,jadi lo bisa ngasih kado buat Raisa," hibur Fikri.
Tessa tersenyum. Ia menyodorkan secarik surat pada Fikri.
"Ini buat lo,Fik. Maaf ya,gue nggak bisa ngasih apa-apa buat lo. Thanks buat semuanya," ucap Tessa.
Fikri menggenggam erat tangan Tessa.
"Gue sayang lo,Fik. Bilangin ke Ayah dan Bunda,gue sayang sama mereka...." ucapan Tessa terhenti.
Tessa bergumam pelan,kemudian mesin pendeteksi detak jantung berbunyi panjang. Mata Tessa kembali terpejam. Untuk selamanya.
Fikri menangis dalam diam. Tessa pergi. Meninggalkan dirinya sendiri disini.
***
Fikri duduk di bangkunya. Ia melihat bangku disebelahnya. Berharap masih ada Tessa disana. Fikri menghela nafas panjang. Ia membaca surat yang diberikan oleh Tessa.
'Dear Fikri. My Best Friend.
Hai,Fik! Gue nulis surat ini karena gue takut nggak sempet nyampein ini ke li. Baca ya :)
Fik,gue mau minta maaf. Gue nggak ngertiin perasaan lo setiap gue cerita tentang Raisa. Gue cuma mikirin obsesi gue yang pengen jadi sahabatnya Raisa.
Tapi,sekarang gue sadar,Fik. Gue udah punya sahabat yang melebihi Raisa. Sahabat itu lo,Fik.
Lo selalu ada buat gue. Selalu dengerin semya ocehan gue. Selalu bantuin gue. Gue nggak pantes punya sahabat sebaik lo,Fik. Gue belum bisa ngasih apa-apa buat lo. Yang ada,gue malah selalu ngerepotin lo.
Maaf ya,Fik. Selama ini gue jadi beban buat lo. Kalo gue udah nggak ada,semoga lo dapet sahabat yang lebih baik dari gue. Gue sayang banget sama lo,Fik. Thanks buat semuanya.
Jaga diri lo baik-baik. Jaga Ayah dan Bunda gue. Tessa sayang banget sama kalian. Love You! :')
Salam Sahabat
Tessa Adriana'
Fikri memejamkan mata. Mencoba menahan air mata yang ingin keluar. Fikri segera mencari Raisa. Ia ingin menyampaikan amanat yang diberikan Tessa padanya.
"Vin,Raisa kemana? Tau nggak?" tanya Fikri pada Vina.
"Katanya sih pengen ke makam Tessa," jawab Vina.
"Oh oke. Thanks ya.." Fikri berlalu pergi.
~~
Fikri melihat Raisa berlutut di makam Tessa. Ia mendengar rintihan Raisa.
"Ini salah aku. Harusnya aku yang ketabrak,bukan kamu,Sa.."
Fikri menepuk punggung Raisa pelan. Raisa menoleh.
"Eh,Fikri.." Raisa menghapus air matanya.
Fikri menyodorkan sebuah kado pada Raisa.
"Kado ulang tahun lo. Dari Tessa," ucap Fikri.
Raisa menerimanya. Ia membuka kado tersebut. Di dalamnya berisi dua buah novel dan satu buku kisah inspiratif favoritnya. Kemudian, ada sebuah kalung liontin berisi foto dan ukiran nama Raisa. Mata Raisa berkaca-kaca.
"Ada suratnya,tuh," ucap Fikri.
Raisa membaca surat tersebut.
Dear Raisa..
Selamat ulang tahun ya,Rai.. Pokoknya semua wish yang baik-nya Insya Allah tercapai.
Maaf kalo bukan aku yang ngasih langsung kado ini. Maaf juga kalo isinya nggak seberapa. Semoga kamu suka.
Raisa, selama ini aku mengagumimu. Aku selalu memperhatikanmu. Aku ingin seperti Vina dan Firyal. Aku ingin jadi sahabatmu.
Tapi... Kita deket sebagai temen pun aku udah seneng banget. Walaupun aku nggak bisa dengerin semua curhatanmu,semua keluh kesahmu. Aku sayang kamu,Raisa..
Raisa, tolong dijaga ya hadiah dariku. Aku sudah menganggapmu sahabatku,walaupun kamu nggak seperti itu.
Sekali lagi.. Selamat ulang tahun,Raisa..
Salam manis
Tessa Adriana
Raisa menangis sejadi-jadinya. Ia memeluk nisan bertuliskan Tessa Adriana. Fikri mengusap bahu Raisa.
"Kadang, gue iri sama lo,Rai.." ucap Fikri.
Raisa terdiam. Fikri melanjutkan ucapannya.
"Lo selalu diperhatiin Tessa. Waktu lo sakit, Tessa yang panik. Waktu lo ultah, Tessa yang seneng. Tessa selalu cerita tentang lo. Semua tentang lo,"
"Gue emang nggak peka ya,Fik. Ternyata,ada orang yang begitu sayangnya sama gue. Sampe rela kehilangan nyawa demi gue. Gue emang bodoh,Fik!" Raisa menangis lagi.
"Lo jangan nangis,Rai. Nanti Tessa sedih," hibur Fikri.
Raisa menghapus air matanya. Ia mengusap nisan Tessa.
"Sa.. Maaf ya. Sekarang,kita jadi sahabat. Mudah-mudahan disana kita jadi sahabat yang abadi," Raisa mencoba menahan air matanya.
Fikri juga mengusap nisan Tessa.
"Sa.. Semoga lo bahagia disana. Gue sayang lo,Sa.." bisik Fikri.
Raisa dan Fikri pun pergi meninggalkan makam. Dari atas langit, Tessa tersenyum pada keduanya.
***
The End
"Tessa!" seseorang memanggilnya.
Tessa menoleh,kemudian tersenyum. Gadis itu, Raisa , teman sekelasnya yang diam-diam ia kagumi.
"Hai,ke kelas bareng,yuk!" ajak Raisa.
"Boleh," jawab Tessa.
Mereka beriringan menuju kelas. Tessa dan Raisa duduk di bangku masing-masing. Di kelas ini,mereka duduk berpasang-pasangan dengan anak cowok. Tessa duduk dengan Fikri,sedangkan Raisa duduk dengan Rafi.
Tessa duduk sambil membaca novel. Tiba-tiba...
"Woy! Belajar! Baca novel mulu lo! Nanti ulangan Fisika tau!" Fikri merebut novel dari tangan Tessa.
"Ih,rese lo! Balikin nggak?!" omel Tessa.
Fikri mengembalikan novel Tessa dan duduk di sebelahnya.
"Tumben lo inget kalo ada ulangan?" goda Tessa.
"Minggu lalu,gue dapet nilai jelek nih! Lo sih kagak mau ngasih tau gue!" gerutu Fikri.
"Hahaha...biarin," Tessa menjulurkan lidah.
"Awas aja,ulangan nanti gue bisa ngerjain sendiri kok!" tekad Fikri.
"Bener ya? Okedeh! Semangat,Fikri!" seru Tessa sambil tepuk tangan.
Fikri mengambil buku Fisika dan mulai belajar. Tessa mengedarkan pandangan mencari Raisa. Sosok itu ia temukan sedang bercanda dengan Vina dan Firyal. Ada rasa sedih dan iri menyergap hatinya. Fikri melihat perubahan raut wajah Tessa.
"Kenapa,Sa? Iri ya?" tanya Fikri.
Tessa menoleh,tersenyum sedih.
"Apa sih yang lo kagumi dari seorang Raisa?" tanya Fikri sambil menutup bukunya. Nggak jadi belajar,deh.
"Bagi gue, dia beda dari yang lain. Cewek yang mandiri dan nggak manja. Nggak tau kenapa,gue nyaman banget kalo lagi sama dia. Gue sayang banget sama dia,Fik," jelas Tessa.
Fikri hanya terdiam. Ia mengerti perasaan Tessa. Selama ini, hanya Fikri lah yang paling dekat dengan Tessa.
"Lo udah deket sama dia. Lo sering satu kelompok kalo ngerjain tugas sama dia. Lo juga sering bercanda,"
"Cuma itu,Fik. Deketnya cuma sebagai temen. Gue pengen kayak Vina dan Firyal. Jadi sahabat Raisa," ucap Tessa.
"Sa.. Ada gue disini," ucap Fikri.
"Lo itu sahabat cowok gue yang paling baik,Fik. Tapi gue nggak bisa curhat tentang wanita ke lo,kan?"
"Iyadeh.. Tapi,kalo lo butuh gue,gur selalu ada buat lo,Sa.." ucap Fikri.
Tessa tersenyum. Fikri mengacak-acak rambutnya drngan gemas,membuat Tessa cemberut kesal.
***
Tessa melihat kalender. Ada lingkaran merah disana. Seminggu lagi, Raisa ulang tahun. Ia ingin memberi sesuatu untuk Raisa.
Jadilah,hari itu Tessa menarik-narik Fikri untuk menemaninya ke Gramedia.
"Aduh,Sa! Cepetan dong! Mau beli berapa sih?!" omel Fikri.
"Ntar dulu,Fik. Gue bingung nih! Bagus-bagus semua,"
Akhirnya,Tessa membeli lima buah novel dan dua buah buku kisah inspiratif.
"Sa... Semuanya buat Raisa?" tanya Fikri bengong.
"Nggaklah! Gue kan juga suka baca,"
Kemudian,Tessa mengajak Fikri untuk membeli kalung. Setelah mendapatkannya, ia mentraktir Fikri.
"Fik,makasih ya,udah mau temenin gue," ucap Tessa saat mereka makan di kafe.
Fikri hanya mengacungkan jempol sambil menghabiskan makan siangnya. Tessa tertawa geli. Ia pun menghabiskan jus jeruk di hadapannya.
***
Keesokan harinya, bangku Raisa kosong. Tessa terlihat gelisah sedari tadi. Saat bel istirahat, ia bergegas bertanya pada Firyal.
"Yal,Raisa kenapa? Kok nggak masuk?"
"Raisa sakit,Sa. Semalam,dia demam tinggi," jawab Firyal.
Tessa hanya terdiam. Vina menghampiri mereka berdua.
"Yal, ke kantin yuk!" ajak Vina pada Firyal.
"Yuk!" jawab Firyal.
"Duluan ya,Sa," ucap Firyal dan Vina.
"Iya,makasih ya," ucap Tessa.
Tessa segera mencari Fikri. Ternyata, Fikri ada di kantin. Lagi makan bakso.
"Fik!" Tessa menepuk punggung Fikri.
Fikri tersedak. Ia buru-buru meminum jus apelnya.
"Gila lo! Gue kaget! Kalo gue mati gimana?!" omel Fikri.
"Ehehe.. Maaf,Fik. Nggak sengaja," Tessa duduk di hadapan Fikri.
Fikri mencibir. "Ada apaan?" tanyanya sambil melanjutkan makannya.
"Fik,pulang sekolah temenin gue ya!" pinta Tessa.
"Hah? Kemana?"
"Ke rumah Raisa. Dia sakit,"
"Besok dia juga udah masuk,Sa.."
"Gue daritadi nggak tenang nih,Fik. Ayolah..." bujuk Tessa.
Fikri meminum jus apelnya. Kemudian, ia mengangguk.
"Yey! Lo emang sahabat gue yang paling baik! Thanks,Fik!" Tessa berlalu pergi.
Fikri menatap kepergian Tessa.
"Kalo gue yang sakit, apa lo bakal kayak gini juga,Sa?" tanya Fikri sedih.
***
Mobil Fikri berhenti di depan sebuah rumah. Tessa dan Fikri turun dari mobil. Tessa menekan bel.
Tak lama,seorang wanita membukakan pintu.
"Siang,Tante.." sapa Tessa.
"Siang. Tessa ya? Wah,udah lama kamu nggak main kesini," ucap wanita itu.
"Iya,Tante. Ini Fikri, kami pengen jenguk Raisa," ucap Tessa.
"Ooh.. Ayo,silahkan masuk!" ajak Tante Nia,mamanya Raisa.
"Makasih,Tante," ucap Tessa dan Fikri.
Mereka menunggu di depan kamar Raisa. Tante Nia masuk ke dalam kamar.
"Sayang, ada teman-teman kamu nih,"
"Suruh masuk aja ya,Ma,"
Tante Nia keluar dari kamar dan mempersilahkan Tessa dan Fikri masuk.
"Hai,Raisa,gimana keadaanmu?" tanya Tessa sambil meletakkan buah di atas meja.
"Hai. Lumayan baik. Sama siapa,Sa?" tanya Raisa.
"Sama Fikri,"
"Ohaha.. Kalian berdua emang nggak bisa dipisahin ya?" goda Raisa.
"Iya dong!" Fikri merangkul Tessa.
"Ih,apaan sih?!" omel Tessa.
Raisa hanya tertawa melihat tingkah mereka. Mrreka bercanda ria sampai hari beranjak sore, Tessa dan Fikri pun pamit pulang.
***
Tessa duduk di bangku taman sekolah. Pandangannya mengarah kepada Raisa. Tessa senang karena bisa melihat tawa dan senyum Raisa. Walaupun Raisa nggak sedang bercanda dengannya.
"Dor!" Fikri mengagetkan Tessa.
"Ih,rese lo!" Tessa memukul lengan Fikri.
Fikri hanya tertawa dan duduk di sebelah Tessa.
"Fik,besok ulang tahun Raisa!" seru Tessa.
"Iya iya. Gue udah tau. Lo udah ngomong lima belas kali pagi ini,bosen tau!" gerutu Fikri.
Tessa cuma nyengir.
"Gue pengen ngasih kadonya langsung ke Raisa. Tapi kalo gue nggak sempet ngasih, tolong lo yang ngasih ya,Fik," pinta Tessa.
Fikri hanya mengangguk dengan tatapan lurus ke depan. Tessa tersenyim kecil. Mereka berdua dilanda keheningan sampai bel masuk berbunyi.
***
Tessa berangkat sekolah dengan senyim cerianya. Fikri yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala.
"Fik,hari ini..." Fikri menutup mulut Tessa.
"Gue udah tau lo mau ngomong apa," Fikri melepas bungkamannya.
Tessa tertawa dan duduk di sebelah Fikri.
"Sa, yang ulang tahun kan Raisa, kenapa kayak lo yang lagi ulang tahun sih?" tanya Fikri heran.
"Kan hari bahagianya Raisa,hari bahagia gue juga,"
Fikri malas membantah lagi. Ia hanya memainkan ponselnya.
"Ehm,Fik, gue nitip kado Raisa dong!"
"Langsung kasih aja,Sa. Ngapain pake dititipin ke gue sih?" gerutu Fikri.
"Gue pengen ngasih pas pulang sekolah. Gue takut kadonya rusak,gue kan ceroboh. Oke,Fik?" bujuk Tessa.
Fikri mengambil kado itu dengan malas dan menyimpannya.
***
Pulang sekolah,Tessa bergegas mencari Raisa. Ia ingin segera memberi kado itu. Sampai dia lupa kalo kadonya ada di Fikri.
Tessa melihat Raisa sedang menyeberang jalan sendirian. Tiba-tiba,sebuah mobil melaju kencang ke arah Raisa. Tessa berlari sekuat tenaga untuk menolong Raisa.
"Raisaaaa!!! Awaaass!!!" Tessa mendorong tubuh Raisa ke pinggir jalan.
BRAAAKKK!!!
Mobil itu menabrak Tessa. Tubub Tessa terhempas. Darah berceceran dimana-mana.
~di saat yang bersamaan~
Mobil Fikri melaju mencari Tessa.
"Tessa dimana sih? Katanya mau ngasih kado,kadonya kan ada di gue.." gumam Fikri.
Fikri menghentikan mobilnya ketika melihat kerumunan orang. Ia turun dari mobil dan menerobos kerumunan itu. Tubuh Fikri membeky ketika melihat tubub seorang gadis bersimbah darah dimasukkan ke dalam ambulance. Gadis itu.. Tessa... Sahabatnya.
Fikri segera menyusul ambulance tersebut. Sesampainya di rumah sakit, Fikri mengabarkan hal ini kepada keluarga Tessa.
Fikri gelisah menunggu di depan ruang UGD. Tak lama kemudian,keluarga Tessa datang. Seorang dokter keluar dari ruangan.
"Bagaimana keadaan anak saya,Dok?" tanya Pak Aswan-ayah Tessa.
"Tessa kehilangan banyak darah. Dia harus segera mendapatkan tranfusi darah," jawab dokter itu.
"Tolong anak saya,Dok," isak Bu Rina-Bunda Tessa.
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Berdoalah terus kepada Yang Kuasa," Dokter itu berlalu pergi.
Fikri terduduk lemas di kursi.
"Om,Tante,maafin Fikri. Fikri nggak bisa jagain Tessa," sesal Fikri.
Pak Aswan menepuk punggung Fikri.
"Sudahlah,Fik. Ini sudah terjadi. Kita hanya bisa berdoa kepada Allah untuk kesembuhan Tessa," hibur Pak Aswan.
Malam harinya, Tessa dipindahkan ke ruang ICU. Kondisinya mulai stabil setelah tranfusi darah. Tetapi, Tessa masih belum sadar.
"Tante sama Om pulang aja. Biar Fikri yang jagain Tessa," ucap Fikri.
"Kamu juga udah capek,Fik. Biar Om aja yang disini. Kamu anterin Tante Rina pulang,"
"Nggak mau,Yah. Bunda masih mau disini," ucap Bu Rina.
"Nggak apa-apa,Om. Tante biar istirahat di rumah,"
"Yaudah,kalo ada apa-apa,cepat kabarin ya!" Fikri mengangguk. "Ayo,Bun.." ajak Pak Aswan.
"Fikri.. Titip Tessa ya," pinta Bu Rina.
"Iya,Tante.."
Kedua orangtua Tessa pun pergi. Fikri masuk ke dalam ruang ICU dan duduk di sebelah ranjang Tessa.
"Sa... Bangun,Sa.. Ini gue," bisik Fikri.
Mata Tessa masih terpejam. Fikri membelai rambutnya perlahan. Kemudian, ia tertidur.
***
Tessa membuka matanya. Ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya.Tessa melihat Fikri tidur di sebelahnya.
Air mata Tessa mengalir. Ia menggenggam tangan Fikri.Fikri terbangun.
"Alhamdulillah.. Akhirnya lo bangun.." Fikri terlihat lega.
"Fikri.." panggil Tessa pelan.
"Iya,Sa?"
"Jangan tinggalin gue ya,Fik," pinta Tessa.
"Gue nggak akan ninggalin lo,Sa.."
"Fik,tolong kasih kadonya ke Raisa,gue nggak bisa ngasih langsung ke dia," ucap Tessa.
"Lo pasti sembug,Sa,jadi lo bisa ngasih kado buat Raisa," hibur Fikri.
Tessa tersenyum. Ia menyodorkan secarik surat pada Fikri.
"Ini buat lo,Fik. Maaf ya,gue nggak bisa ngasih apa-apa buat lo. Thanks buat semuanya," ucap Tessa.
Fikri menggenggam erat tangan Tessa.
"Gue sayang lo,Fik. Bilangin ke Ayah dan Bunda,gue sayang sama mereka...." ucapan Tessa terhenti.
Tessa bergumam pelan,kemudian mesin pendeteksi detak jantung berbunyi panjang. Mata Tessa kembali terpejam. Untuk selamanya.
Fikri menangis dalam diam. Tessa pergi. Meninggalkan dirinya sendiri disini.
***
Fikri duduk di bangkunya. Ia melihat bangku disebelahnya. Berharap masih ada Tessa disana. Fikri menghela nafas panjang. Ia membaca surat yang diberikan oleh Tessa.
'Dear Fikri. My Best Friend.
Hai,Fik! Gue nulis surat ini karena gue takut nggak sempet nyampein ini ke li. Baca ya :)
Fik,gue mau minta maaf. Gue nggak ngertiin perasaan lo setiap gue cerita tentang Raisa. Gue cuma mikirin obsesi gue yang pengen jadi sahabatnya Raisa.
Tapi,sekarang gue sadar,Fik. Gue udah punya sahabat yang melebihi Raisa. Sahabat itu lo,Fik.
Lo selalu ada buat gue. Selalu dengerin semya ocehan gue. Selalu bantuin gue. Gue nggak pantes punya sahabat sebaik lo,Fik. Gue belum bisa ngasih apa-apa buat lo. Yang ada,gue malah selalu ngerepotin lo.
Maaf ya,Fik. Selama ini gue jadi beban buat lo. Kalo gue udah nggak ada,semoga lo dapet sahabat yang lebih baik dari gue. Gue sayang banget sama lo,Fik. Thanks buat semuanya.
Jaga diri lo baik-baik. Jaga Ayah dan Bunda gue. Tessa sayang banget sama kalian. Love You! :')
Salam Sahabat
Tessa Adriana'
Fikri memejamkan mata. Mencoba menahan air mata yang ingin keluar. Fikri segera mencari Raisa. Ia ingin menyampaikan amanat yang diberikan Tessa padanya.
"Vin,Raisa kemana? Tau nggak?" tanya Fikri pada Vina.
"Katanya sih pengen ke makam Tessa," jawab Vina.
"Oh oke. Thanks ya.." Fikri berlalu pergi.
~~
Fikri melihat Raisa berlutut di makam Tessa. Ia mendengar rintihan Raisa.
"Ini salah aku. Harusnya aku yang ketabrak,bukan kamu,Sa.."
Fikri menepuk punggung Raisa pelan. Raisa menoleh.
"Eh,Fikri.." Raisa menghapus air matanya.
Fikri menyodorkan sebuah kado pada Raisa.
"Kado ulang tahun lo. Dari Tessa," ucap Fikri.
Raisa menerimanya. Ia membuka kado tersebut. Di dalamnya berisi dua buah novel dan satu buku kisah inspiratif favoritnya. Kemudian, ada sebuah kalung liontin berisi foto dan ukiran nama Raisa. Mata Raisa berkaca-kaca.
"Ada suratnya,tuh," ucap Fikri.
Raisa membaca surat tersebut.
Dear Raisa..
Selamat ulang tahun ya,Rai.. Pokoknya semua wish yang baik-nya Insya Allah tercapai.
Maaf kalo bukan aku yang ngasih langsung kado ini. Maaf juga kalo isinya nggak seberapa. Semoga kamu suka.
Raisa, selama ini aku mengagumimu. Aku selalu memperhatikanmu. Aku ingin seperti Vina dan Firyal. Aku ingin jadi sahabatmu.
Tapi... Kita deket sebagai temen pun aku udah seneng banget. Walaupun aku nggak bisa dengerin semua curhatanmu,semua keluh kesahmu. Aku sayang kamu,Raisa..
Raisa, tolong dijaga ya hadiah dariku. Aku sudah menganggapmu sahabatku,walaupun kamu nggak seperti itu.
Sekali lagi.. Selamat ulang tahun,Raisa..
Salam manis
Tessa Adriana
Raisa menangis sejadi-jadinya. Ia memeluk nisan bertuliskan Tessa Adriana. Fikri mengusap bahu Raisa.
"Kadang, gue iri sama lo,Rai.." ucap Fikri.
Raisa terdiam. Fikri melanjutkan ucapannya.
"Lo selalu diperhatiin Tessa. Waktu lo sakit, Tessa yang panik. Waktu lo ultah, Tessa yang seneng. Tessa selalu cerita tentang lo. Semua tentang lo,"
"Gue emang nggak peka ya,Fik. Ternyata,ada orang yang begitu sayangnya sama gue. Sampe rela kehilangan nyawa demi gue. Gue emang bodoh,Fik!" Raisa menangis lagi.
"Lo jangan nangis,Rai. Nanti Tessa sedih," hibur Fikri.
Raisa menghapus air matanya. Ia mengusap nisan Tessa.
"Sa.. Maaf ya. Sekarang,kita jadi sahabat. Mudah-mudahan disana kita jadi sahabat yang abadi," Raisa mencoba menahan air matanya.
Fikri juga mengusap nisan Tessa.
"Sa.. Semoga lo bahagia disana. Gue sayang lo,Sa.." bisik Fikri.
Raisa dan Fikri pun pergi meninggalkan makam. Dari atas langit, Tessa tersenyum pada keduanya.
***
The End
PROFIL PENULIS
Nama : Lifya Afrianti Hanum. Kelas XI dan sekolah di MA Pondok Pesantren
Ilmu Al-Qur'an. Ini cerpen pertamaku. Semoga kalian suka. Aku juga
butuh kritik dan saran.
My facebook : Lifya Afriantii Hanum
Follow : @lifyafrianti
Thanks buat Lokerseni yang udah mau nerbitin cerpen aku disini :)
My facebook : Lifya Afriantii Hanum
Follow : @lifyafrianti
Thanks buat Lokerseni yang udah mau nerbitin cerpen aku disini :)
No. Urut : 1716
Tanggal Kirim : 02/08/2014 18:33:56
0 comments:
Post a Comment