“... karna kecantikan itu (bukan) segalanya...”
Ketika kau tercipta, haruslah istimewa. Kau dibuat dengan bahu yang kuat untuk memikul seisi dunia, tetapi cukup lembut untuk bersandar. Tak dielakkan lagi, Tuhan sungguh membuatmu dengan penuh cinta. Dibalutilah tubuhmu dengan kulit lembut, paras menawan, juga kehalusan rasa yang mampu membuat lawanmu lemah tak berdaya. Kau memang cantik! Dengan bibir tipis, serta senyum kecil mengusik jiwa, kau mampu mengoyak lelaki yang memiliki hati sekeras baja. Begitulah kau tercipta duhai wanita, cantik!
Ehm, kecantikan!
Sebuah wujud diri yang bagi sebagian manusia dilukiskan sebagai sosok ideal. Sosok dengan wajah cerah tanpa noda, hidung mancung menjulang, balutan kulit putih bak salju, tubuh langsing semampai, juga rambut lurus tergerai. Sosok cantik yang identik dengan nuansa “tanpa cacat”. Bagi sebagian yang lain mungkin menganggap bahwa sebuah kecantikan tidak tertera pada alam ragawi melainkan pada sesuatu yang tidak kasat mata, dan hanya mampu diteropong oleh jiwa-jiwa yang memiliki nurani.
Dilematis memang!
Realitanya, banyak wanita menganggap cantik itu fisik! Seperti cantik itu mesti berkulit putih. Jika paradigma ini tertanam dan mendarah daging di setiap sendi-sendi kehidupan, lantas, bagaimana dengan para wanita yang terlahir dengan warna coklat, hitam, atau bahkan warna-warni?
Sungguh, betapa kasihannya mereka yang terlahir dengan warna tak sesuai ‘permintaan’ pasar. Mungkin mereka akan berusaha mati-matian untuk menjadikan ‘cangkang’ luar mereka putih bak pualam. Sementara mereka harus melalui hari-hari yang penuh dengan sengatan matahari, lalu berapa banyak alat pemutih yang mesti mereka kenakan?
Karna pandangan ini pula, sebagian wanita merasa tidak nyaman dan akhirnya melakukan ‘perbaikan-perbaikan’ (kalau tidak mau menyebutnya operasi plastik) semacam memanjangkan hidung, membelah atau melancipkan dagu, menipiskan bibir, dan memperindah anggota tubuh lainnya yang menurut mereka cenderung dipandang lebih bernilai oleh wanita maupun lelaki.
Sampaikan pada wanita jelita berkuku panjang,
sungguh aku sangat takut hingga nyaris lari terbirit-birit.
Kita tahu cakar-cakar panjang hanya dimiliki binatang buas, tetapi sejak kapan kita melihat kijang-kijang cantik bercakar tajam?
...
Siapakah yang mengajari wanita bahwa kecantikannya,
tampak bila ia menyelisihi ciptaan aslinya?
Sungguh kecantikan itu tergambar dari aslinya ...
(Seorang pujangga)
Ah, wanita! Bukan sepenuhnya kekeliruanmu jika jadi begini.
Karna terkadang lingkungan dan kita para lelaki-lah yang lebih cenderung menghargai wanita dengan rupa yang aduhai ketimbang hati yang menawan. Sebagian lelaki mungkin bilang,
”Buat apa ngeliat wanita dari yang ga keliatan, lebih baik kan yang pasti-pasti aja, dari mukanya kek, dari rambutnya kek, kan jelas-jelas keliatan.”
Ah, dasar lelaki! (Untuk itu saya ga suka sama lelaki, hhe .. :))
Saya tidak menafikan diri, bahwa kita-lah yang mungkin membuat kalian para wanita lebih menilai tinggi terhadap outer beauty dibandingkan inner beauty. Padahal, saya dan kalian juga sama-sama mengetahui, bahwa kecantikan luar mau dipermak seperti apapun, cepat atau lambat ia akan tergerus usia, tertelan masa, juga terputus oleh kematian. Ga akan dibawa ke liang kubur kan yah tuh kecantikan? :)
Ehm, cantik!
Buat saya cantik fisik itu semu, tidak abadi. Memang tidak bisa dipungkiri, saya cukup senang melihat wanita dengan wajah bak bidadari yang berlalu-lalang di alam raya, macam para artis atau bintang film. Rasanya akan sangat membahagiakan jika wajah-wajah itu mampu saya miliki, bebas dan tanpa batas. Kecantikan rupa yang mampu membuat mata saya seolah dimandikan oleh air surga.
Namun nyatanya hati saya lebih nyaman, dan lebih bahagia jika melihat wanita dengan hati seputih salju, tak terlalu masalah wajah seperti apa, itu akan membuatnya teristimewa, bersinar bagai kunang-kunang di malam yang gelap. Lembut cahayanya tidak hanya mampu memanjakan mata tetapi juga menembus sukma, menyisiri jiwa, membuat decak kagum tiada tara. Apalagi jika sudah hatinya cantik ditambah dengan paras yang wuih indahnya, maka ia akan menjelma menjadi super kunang-kunang diantara kunang-kunang, hhe :)
“Yang cantik hati tak akan pamer kalau hatinya cantik, tetapi kalau cantik fisik, bagi sebagian wanita akan memiliki kecenderungan memamerkan kecantikan fisiknya tersebut” ujar salah seorang wanita.
Tidak salah memang. Karna itulah fitrah wanita, ingin memamerkan segala kecantikan yang dimiliki (Saya pun demikian, sebagai seorang yang tampan, saya memiliki kecenderungan memamerkan ketampanan yang saya miliki, hhaha pitnah^^). Lalu, jika kecantikan itu tak dimiliki maka sebagian wanita pun cenderung untuk mencari kecantikan tersebut walau mungkin dengan jalan yang dinilai tidak sesuai dengan etika.
Tetapi apa mesti begitu?
Tidakkah lebih baik jika kita menerima dengan penuh rasa syukur kondisi fisik yang sudah Tuhan beri? Ehm, Alangkah indahnya jika kita mampu menunjukkan kelebihan yang ada pada diri kita sendiri, dari pada kita sibuk mencari dan menemukan hal-hal lain yang tidak sesuai dengan jati diri kita sendiri, begitu kan?
“Cantik itu tidak merepotkan orang lain” kata seorang putri.
“Cantik itu ia bisa mengontrol dirinya, dan mampu menempatkan mana yang baik dan buruk” ucap seorang bidadari.
Rasanya hampir kebanyakan wanita sepakat, bahwa kecantikan sebenarnya adalah kecantikan yang sumbernya dari hati nurani. Bukan dari fisik yang cepat atau lambat akan layu. Cantik fisik hanya konsekuensi yang mungkin bisa kita terima dari sebuah perawatan diri.
Apalagi jika kecantikan (baik fisik juga hati) itu dipadu dengan balutan kain yang mampu menutupi bagian-bagian yang semestinya tidak boleh terlihat, maka kecantikan itu akan terpancar, berbinar, dan semakin tenar. Indah bukan?
Untuk itu, yakinlah, walau tidak dengan mengotak-atik wajah serta bagian tubuh lainnya, kalian (wanita) tetap akan cantik (dengan segala karunia yang Allah beri) maka syukuri dan katakanlah,
“Saya memang cantik!” :)
“Allah tidak memandang rupamu, tidak juga memandang hartamu, tetapi Allah melihat hati dan amalan-amalanmu.” (HR. Muslim)
sumber
No comments:
Post a Comment