Catatan Kerinduan


Malam itu seperti malam biasanya,sehabis pulang kerja aku mengendarai sepeda motorku untuk perjalanan pulang kerumah.Namun malam ini aku tidak fokus  mengendarai sepeda motorku,Pikiranku melayang jauh melihat seorang sosok yang begitu ku kagumi dan ku hormati,wajahnya yang sejuk dan bercahaya membuat hatiku rindu untuk melihatnya.tutur katanya yang begitu indah dan begitu membekas dihati seolah terngiang merdu di telinga ini.
Ya, sudah beberapa hari ini aku merindukannya,merindukan guru mulia Al Habib Munzir Al Musawa(Maafkan diri ini yang memanggilmu guru walau kau belum tentu sudi menerima calon murid berlumuran dosa seperti diriku ini ya habibi) sudah beberapa hari ini air mataku mengalir karena tak tahan ingin melihat wajah dan senyumannya yang menyejukkan jiwa.
Mungkin setiap hari dan malamku terlampau sibuk oleh urusan dunia sehingga terkadang lupa untuk berkumpul di perkumpulan mulia Majelis Rasulullah SAW pimpinan beliau untuk berdzikir,bershalawat dan bermunajat bersama sama.Tapi ya guru mulia aku selalu ingat perkataanmu untuk berdzikir “Subhanallah wa bihamdihi…100x” sebelum memulai aktifitas di pagi hari agar cahaya kelmbutan, keluhuran dan kebahagiaan terbit dalam hati yang membacanya.Dan Alhamdulillah aku masih mengamalkannya sampai saat ini ya habib.
aku terjaga dari “melamunku” malam itu di sepeda motor,teringat aku akan satu hal yang tadi sore ku lakukan.Aku membuka web Majelis Rasulullah dan melihat jadwal pengajian Majelis Rasulullah,dan kebetulan malam itu lokasinya dekat dengan rumahku di daerah Jati waringin.Aku langsung berniat datang untuk bertemu dengan guru mulia,mendengar tausiyahnya dan berdzikir serta
bermunajat beersamanya.
sedikit aku naikkan kecepatan sepeda motorku,agar cepat sampai rumah dan berganti pakaaian untuk pergi ke majelis.Namun di perjalanan hujan turun,lalu aku merasa syaitan membisikiku “buat apa datang ke majelis sekarang,sudah malam nanti pun acaranya sampai malam dan engkau pasti kecapean untuk kerja esok hari.Lagipula hujan nanti kau sakit lagi”begitu kira2 bisikannya,dan sepertinnya aku mulai tergoda dan sempat mengurungkan niatku pergi ke majelis beliau.
Namun tiba-tiba aku kembali seolah melihat wajah beliau di pelupuk mata,kerinduanku memuncak lagi aku ingin jumpa,aku ingin jumpa,aku ingin jumpa denganmu ya habib,aku berontak dari segala bisikan nafsu ku,aku tidak perduli mau hujan atau bahkan hujan batu sekalipun,aku sudah rindu,rindu sekali…
Beliau yang mengajarkan aku berdzikir menyebut Rabb ku Allah SWT,mengajarkanku bersujud,bermunajat,Qiyamul lail dll,beliau juga yang pernah datang di mimpiku saat akhir SMA dulu disaat aku gundah dan bingung aku harus melanjutkan kemana setelah aku selesai sekolah.Kuliah tak punya dana,kerja juga pasti sulit karena cuma lulusan SMK.malam itu aku shalat isya seperti biasa dan membaca Ratib Al Haddad.
Dan malamnya aku bermimpi jumpa dengan beliau,sebelumnya sudah 2 kali aku bermimpi berjumpa dengan beliaau di alam mimpi(perjumpaan di alam ruh kalau kata beliau) tapi kedua mimpi itu aku hadir di mejelisnya dan
beliau lumayan jauh jaraknya dengan diri ini.Dan mimpiku yang ini sedikit spesial dari ke 2 mimpi sebelumnya,pada saat itu beliau memakai gamis putih datang kerumah ku mengetuk pintu lalu mengucapkan salam,dan aku membalasnya.Aku kaget bukan main,haru dan bahagia bercampur jadi satu ketika melihat wajah sejuknya di hadapanku.Aku langsung mencium tangannya dan memeluk beliau sambil menangis terisak-isak di pelukkan beliau.Lalu aku mengutarakan seluruh isi kegundahan hatiku kepada beliau dan beliau menjawab sambil tersenyum “setelah kau lulus,engkau akan bekerja. Insya Allah”.Lalu aku terbangun dari mimpiku dan mengusap air mataku yang terjatuh di pipi.
Dan benar saja setelah aku lulus,meski sempat menganggur beberapa bulan aku bekerja walau tidak begitu baik pekerjaanya dari segi gaji dan lainnya.setelah kira2 8 bulan aku kembali mendapat pekerjaan,namun kali ini lebih baik dari sebelumnya dan bahkan terlampau baik dari segi gaji dan pekerjaanya untuk lulusan SMK sepertiku.hari ini Aku jadi teringat ini berkah dari doa Habib Munzir di mimpiku,selain juga dari doa orangtuaku dan keberkahan sering mendawamkan Ratib dan wiridul lathif seperti yang sering di bahas Habib Munzir.
Kembali ke perjalananku pulang kerumah,maka aku lebih bergegas lagi memacu sepeda motorku sambil bershalawat kepada Sang Nabi
aku hiraukan semua bisikan-bisikan itu,aku ingin berjumpa Habib Munzir dan ingin membantu perjuangan habibana dengan sedikit rezeki yang kupunya dan lagipula sedikit lagi Guru Mulia dari Yaman Habib Umar bin hafidzh akan datang pastilah habibana butuh dana yang lumayan besar untuk acara bersama beliau,dan Tekadku sudah bulat.
singkat cerita aku tiba di tempat majelis berlangsung bersama adikku,lapangan kecil yang dikelilingi rumah penduduk dan ada panggung kecil untuk duduk para ulama setempat dan Habib munzir tentunya.saat itu beliau belum datang tapi tim Hadroh majelis Rasulullah sudah mulai melantunkan qasidah2 yang begitu merdu terdengar di telinga.Aku masih menunggunya datang,tak terasa
airmataku terjatuh dipipi aku sudah tak tahan menahan rindu untuk jumpa “Ya Allah aku begitu mencintai Habib munzir,aku hanya bisa senantiasa mendoakannya agar beliau sehat selalu dan di mudahkan segala urusannya”aku menangis sambil terkadang mengusap mataku dengan riddahku.
Mataku masih menatap lurus ke tempat yang akan habib munzir lewati pastinya kalau akan naik ke atas panggung,aku terus menantinya dan menantinya aku berharap beliau hadir dan tak berhalangan karena sungguh aku begitu merindunya.Penantianku tidak sia-sia bagaikan cahaya mentari pagi yang terbit beliau hadir dan terlihat menaiki panggung dan orang2 mulai berdatangan menyalaminya,lalu habibana duduk di tengah panggung di antara para ulama setempat.Aku menangis sejadi2nya melihat beliau aku bahagia melihatnya sehat wal afiat,Terima kasih Rabiiy engkau telah mengizinkan mata hina ini untuk melihat wajah yang begitu teduh dan bercahaya,Alhamdulillah.
Aku terus memandangi wajah sejuk nan bercahaya itu tak henti2nya,cukuplah aku melihat engkau wahai guruku,wahai panutanku wahai yang darinya terbit jiwa2 Sayidina Muhammad,jiwa2 yang mencintai Nabinya.Sampailah pada saat beliau menyampaikan tausiyahnya yang membuat para jamaah tenang mendengarkannya,beliau memulai dengan kisah sahabat Ahlul suffah Abu Hurairah R.A yang berbagi susu dengan sang nabi,kisah sahabat Zaid yang membunuh kaum kuffar quraisy tapi saat mau dibunuh mengucap kalimat tauhid lalu beliau berceramah tentang berprasangka baik dengan siapapun ada
yang menarik dari bagian tentang berprasangka baik ini habi mengisahkan seorang yang gila dengan suster di rumah sakit.dan masih banyak lagi.
dan pada saat beliau berceramah tiba2 turun hujan walau tidak besar lumayan untuk membuat baju basah.dan beliaupun berkata kalau tidak salah “Hujan ya?ayo bersama sama kita hujan2an”sambil kaki beliau melangkah menuruni panggung. beliau melanjutkan “jangan takut dengan hujan,ini cuma air.Kita sering mandi dengan air?masa takut dengan air,kecuali yang tidak pernah mandi.”jemaah serentak tertawa,dan akupun tersenyum mendengarnya.
Udara begitu dingin tapi sedikit demi sedikit menjadi hangat,karena ceramah Habibana yang begitu indah sehingga kulit ini lupa akan dinginnya udara malam itu.Indah sekali malam ini gumamku dalam hati sungguh sungguh indah,ini adalah momen terbaik selama hidupku.berkumpul dengan orang sholeh yang di cintai Allah dan Rasulnya di tengah hujan yang turun membasahi tubuh ini tiada sebanding dengan dunia ini beserta isinya.
Tibalah Habibana memimpin Zikir jalalah Ya Allah…Ya Allah…Ya Allah
Disaat itu aku bermunajat dalam hati,”Rabbiiy Ya Arhamma Rahimmin Puji syukur ke hadiratMu atas IzinMu aku bisa berkumpul disini bersama Habib munzir dan jemaah Majelis Rasulullah SAW,Berdzikir menyebut namaMu bershalawat kepada Nabimu.Rabbiy pendosa ini memohon kepadamu kumpulkanlah lagi aku kelak bersama perkumpulan ini di akhirat,bersama sama berdzikir menyebut namaMu Rabbiy izinkanlah pula aku bisa bertemu kembali dengan Habib Munzir di Akhirat,walau aku tahu mungkin belum tentu pendosa ini masuk syurga seperti Habib Munzir.Ya Rabbiy jika aku meninggalkan dunia ini hal yang paling berat kutinggalkan adalah tidak bisa lagi melihat wajah sejuk Habib Munzir,tidak bisa lagi berdzikir bersama beliau.Maka dari itu rabbiy berilah aku kesempatan untuk bisa kembali bersamanya di akhirat kelak….
Selesai dzikir habibana meninggalkan mejelis berjalan ke belakang panggung,ingin sekali rasanya diri ini mencium tangannya memeluk tubuhnya tapi aku tau beliau pasti sangat lelah,aku tak mau menyakiti beliau,Cukuplah bagi mata ini memandangnya untuk sekedar melepas rindu di dada.
Ya Allah berkahkanlah hidupnya,limpahkanlah karunia dan rezeki yang berlimpah kepadanya,sembuhkanlah penyakitnya dan kuatkanlah hatinya agar senantiasa kuat dalam berjuang di jalanMu…Amin

No comments:

Post a Comment