Larut mengacak acak otakku
sebab jenuhku pada acuhmu
apa cintamu telah kering di kerontang waktu?
atau rasamu yang menguap di didih emosi?
Aku ingin tertidur dengan mata terbuka
dan bermimpi dengan tanganku
seperti pada sajak Octavio Paz
tapi, akh... apa yang akan aku mimpikan?
haruskah pertengkaran semalam lagi
yang kembali membunuh dayaku atas cintamu?
kuputuskan untuk berdiskusi dengan iblis
belajar bagaimana merayumu
tapi aku justru terbujuk olehnya
kami berselingkuh
lewat sosok yang siang tadi menitipkan salam untukku
Aku memikirkannya
saat berpuisi bersama iblis
hingga pada bait terakhir,
aku sadar,
Maaf, semoga esok kau tak bertanya tentang dia
karena aku akan melupakannya
bahkan pada senyum manisnya
atau tajam tatap elangnya
ketika puisi ini aku tuntaskan...
No comments:
Post a Comment