oleh: Nining Suarsini Juhri
Aku duduk terdiam menatap layar laptopku. Sambil sesekali membuka file dan menutupnya kembali. Hatiku gunda sekaligus gelisa. Aku masih memikirkan kejadian tadi siang seusai rapat osis di sekolah. Aku tidak menyangka hal itu bakalan terjadi. Bagaimana tidak gilang sang ketua osis sekaligus pacar sahabatku mengungkapkan perasaannya bahwa dia mencintaiku. Sungguh tidak bisa di percaya. Memang harus ku akui bahwa sudah lama aku menyukai gilang. Tapi perasaan itu ku pendam karena sahabatku rara juga menyukainya. Aku tidak ingin persahabatan yang sudah ku jalin dengan rara sejak duduk di bangku smp hancur karena kami menyukai orang yang sama. Biarlah perasaan ini ku pendam, toh akan hilang dengan sendirinya. Ungkap batinku.
Hari-hari
ku lalui seperti biasa bahkan aku berusaha merahasiakan kejadian ini
dari rara. Aku juga berusaha menjaga jarak dari gilang. Ini semua aku
lakukan demi menjaga persahabatanku. Gilang dan rara akhirnya jadian
karena aku yang menjadi mak coblangnya. Awalnya aku sempat ragu ketika
rara meminta tolong kepadaku untuk nyomblangin mereka karena dia tau aku
dan gilang akrab sebgai pengurus osis. Saat itu aku ingin sekali bilang
kepada rara bahwa aku juga menyukai gilang bahkan lebih dulu darinya.
Apa boleh buat melihat keseriusan rara akhirnya itu semua aku lakukan.
Sepulang sekolah rara mengajakku jalan sekaligus makan bareng. Aku
sempat bersemangat tetapi ketika mengetahui kalau gilang juga ikut,
semangatku menciut. Aku tidak bisa lagi menolak karena awalnya aku
menyetujuinya. Dengan terpaksa aku pun mengikuti mereka. Sumpah hatiku
sangat sakit ketika melihat rara menggandeng tangan gilang dengan
mesranya, aku tak kuat melihatnya. Omg kenapa ini harus terjadi padaku,
ucap batinku. aku seperti jongos bagi mereka berdua ketika kami bertiga
jalan bareng. Ku usahakan sedikit menjaga jarak dari mereka. Tetapi
diam-diam gilang menarik dan menggenggam tanganku dari belakang tanpa
sepengetahuan rara. Sungguh ini di luar dugaanku. Tapi saat itu juga ada
kenyamanan yang ku rasakan tapi buru-buru ku tepis karena aku bukan
seorang pengecut. Meskipun aku juga mencintai gilang tapi aku lebih
menghargai persahabatnku.
Apakah ini benar-benar cinta ?? aku jadi semakin bingung dibuatnya.
Kadang kala aku ingin menjauh dari kehidupannya. Tapi di saat itu pula
aku jadi semakin rindu dan ingin selalu berada di sampingnya.”
Arrgghhh..kenapa baru saat ini kamu nyatakan sih lang”. Ucapku sambil
mengacak-ngacak rambut. Sesekali air mataku menetes. Kenapa aku harus di
hadapkan pada situasi yang sulit seperti ini. Andaikan waktu bisa ku
putar kembali.
Rapat osis telah bubar tetapi aku masih tinggal karena masih banyak
barang-barang yang ingin ku bereskan. Tanpa sengaja aku melihat sebuah
buku yang mirip catatan harian berwarna biru tergeletak di bawa meja.
Saking penasarannya akhirnya aku mengambilnya dan buru-buru membukanya.
Mataku terbelalak ketika tahu buku ini milik gilang. Lembaran demi
lembaran sudah berhasil ku baca, dan di saat itu pula air mataku
menetes. Tak kuasa ku menahan tangis setelah membaca isi buku itu. Buku
itu berisikan tentang perasaan gilang terhadapku, tak lupa foto-fotoku
yang di potret gilang tanpa sepengetahuanku. Ternyata sudah lama gilang
menyukaiku sama seperti aku menyukainya tetapi dia malu mengungkapkannya
dan takut aku menolaknya. Alasan dia menerima cinta rara karena dengan
pacaran dengan rara dia bisa merasa dekat denganku meskipun lewat
perantara. Sampai sekarang Dia sangat membenci dirinya sendiri karena
sudah melakukan kesalahan yaitu Mencintai wanita yang sama sekali dia
tidak cintai dan sama saja memberi pengharapan bagi rara. Kalimat
terakhir yang tertulis di buku itu bahwa “andaikan dia bukan sahabatmu”.
Saat itu juga aku ingin berteriak sekencang-kencangnya. Kenapa ini
semua harus terjadi. Andaikan waktu bisa berputar kembali dan seandainya
perasaanku ini bisa ku hapus. Air mataku terus menetes dan tak hentinya
menetes. Hatiku begitu sakit. Kenapa aku harus menyukai laki-laki yang
juga di sukai oleh sahabatku. Aku harus bagaimana ?? aku juga terlanjur
sayang gilang ucapku terisak-isak. Tiba-tiba aku terkaget ketika melihat
gilang di depan pintu, dia berdiri terpaku menatapku. Ternyata dia
belum pulang. Buru-buru ku hapus air mataku tapi itu semua tidak bisa ku
lakukan. Aku terlanjur rapuh dan terus saja menangis. Gilang langsung
menghampiriku dan menarikku dalam pelukannya. Seketika aku menangis
terisak-isak di dalam pelukannya. Dia hanya diam dan sesekali mengelus
rambutku. Aku tau bahwa itu adalah caranya untuk menenangkanku karena ku
tahu dia juga syok. Seketika perasaan nyaman itu lagi-lagi ku rasakan.
Aku tidak bisa memungkiri bahwa kau kekasih sahabatku. Biarlah waktu
yang menyatukan kita.
Sungguhkah semua ini cinta kadang tak percaya..(lyrik by audy-kekasih sahabatku)
Namun mengapa slalu saja ku ingin dekat dirimu..
Andai bukan dia kasihmu mungkin tak seberat ini..
Ku sesali mengapa cinta..
Baru saat ini engkau nyatakan..
No comments:
Post a Comment