Kesendirian mulai menyelimuti kalbuku
ketika semilir angin membawaku pada kenangan di laut selatan
Waktu itu masih sedikit pengetahuan yang kutahu
dengan gembira ku lempar batu kerikil harapan
Berlari melewati celah dinding batu karang
Sesekali gelak tawa menghiasi wajahmu
Ya Tuhan...
Adakah ia mengingatku dalam kebisuanya kini
hati yang remuk redam
seolah tak dapat lagi menghadirkan senyumku untuk kedepan
Masih ku ingat kerlingan bola mata indahmu
dan tangan lembut yang menyentuh ujung kibasan rambut
Saat angin beradu dengan gelora cinta kami
semua serasa indah beribu harapan kita rangkai dengan menyebutku LINTANG
Ah, mas...
Aku sendirian kini
entah apa yang bisa membuatku kuat berjalan meniti mimpi selain jelmaan mata itu di malaikatmu
Bukan air mata ini yang kuharap
namun semua begitu cepat meruntuhkan impian kita diantara laut biru di selatan jogyakartaku
No comments:
Post a Comment