Sesembahan bangsa Tyre Eropa,
yang dilahirkan Zeus, dan dikakimu,
tegak beratus benteng kreta,
Aku mencarimu dari temaramnya pura,
Beratapkan balok menawan berhias ukiran,
Dengan baja Chalyb dan darah lembu liar,
Serta kayu-kayu cemara tersusun sempurna
Dirangkai begitu kuat. Kali bening pun mengalir disana
Seiring hari-hariku yang berlalu, Akulah hamba
Mengambdi Jove Idae sang dewa*
Jika tengah malam Zagreus, mengembara
mengembaralah hamba;
Telah kutankan raungnya yang membahana;
kuhidangkan pesta-pestanya yang merah dan berdarah;
Kukobarkan api gunung Bunda nan Agung;
Terbebaslah diriku dan disebutlah aku
Seorang Bacchus di antara kaum pendeta yang Terutus.
Berbalut jubah putih aku terlahir bersih
Dari kodrat manusia yang nista dan
Lumpur liang kubur,
Terjauhkan dari bibirku senantiasa
Sentuhan daging aneka rupa dimana hidup pernah bertahta.
yang dilahirkan Zeus, dan dikakimu,
tegak beratus benteng kreta,
Aku mencarimu dari temaramnya pura,
Beratapkan balok menawan berhias ukiran,
Dengan baja Chalyb dan darah lembu liar,
Serta kayu-kayu cemara tersusun sempurna
Dirangkai begitu kuat. Kali bening pun mengalir disana
Seiring hari-hariku yang berlalu, Akulah hamba
Mengambdi Jove Idae sang dewa*
Jika tengah malam Zagreus, mengembara
mengembaralah hamba;
Telah kutankan raungnya yang membahana;
kuhidangkan pesta-pestanya yang merah dan berdarah;
Kukobarkan api gunung Bunda nan Agung;
Terbebaslah diriku dan disebutlah aku
Seorang Bacchus di antara kaum pendeta yang Terutus.
Berbalut jubah putih aku terlahir bersih
Dari kodrat manusia yang nista dan
Lumpur liang kubur,
Terjauhkan dari bibirku senantiasa
Sentuhan daging aneka rupa dimana hidup pernah bertahta.
Dengan piala anggur-Mu terangkat ke angkasa,
Dengan pesta pora-Mu nan menggila,
Ke lembah Eleusis semerbak bunga,
Datanglah Engkau – wahai Bacchus, Paean, yang jaya !
Wahai Sukacita, sukacita pegunungan
Hingga lunglai dalam pertarungan yang dilangsungkan,
Saat masih melekat kulit rusa suci,
Sedang lainnya telah terbantai,
Dalam riang memancar merah memabukkan,
Darah domba gunung yang terkoyak-koyakkan,
Kemenangan binatang buas mencakar-menerkam
Dipucuk bukit, tempat matahari tersangkutkan
Hingga pegunungan Phrygia dan Lydia
Bromios memimpin jalan kesana.
Akankah dia datang padaku, selalu datang,
Tari-tarian panjang, teramat panjang
Sejak gulita malam hingga bintang-bintang pucat menghilang ?
Akankah kurasa embun ditenggorokan dan desauan
Angin dirambutku ? Akankah kaki-kaki putih kita berkilauan
di kolong langit, dikeremangan ?
Duhai kaki-kai rusa yang menyelinap ke hijau hutan,
sendiri di rerumputan dan keindahan;
Lepaslah binatang buruan, lepaslah dari ketakutan,
Terbebas dari perangkap dan ancaman mematikan.
Namun masuh ada suara nun jauh di sana,
Gaung suara, rasa waswas, dan anjing pemburu tergesa-gesa,
Wahai kerja yang mmengasyikkan, tunggang-langgang berlarian,
Menuju bengawan dan celah-selah pegunungan -
Ini keriangan atau kecemasan, wahai kaki-kaki lincah beterjangan?
Ke padang-padang elok sunyi, jauh dari ancaman insan,
Hingga tak terdengar suara, di tengah rimbun hijau belantara,
No comments:
Post a Comment